Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyek Pemindahan Ibu Kota hanya Sumbang 0,6% ke Ekonomi Nasional, Kok Bisa? 

Pembangunan infrastruktur di proyek ibu kota baru akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, baik di Kalimantan maupun secara nasional.
Konsep Ibu Kota Negara./Antara
Konsep Ibu Kota Negara./Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah meyakini pemindahan ibu kota akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, baik di kawasan Indonesia Timur maupun secara nasional.

Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Suharso Monoarfa menuturkan dampak jangka pendek pembangunan infrastruktur akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,3 persen di Kalimantan Timur (Kaltim) dan 4,7 persen di Pulau Kalimantan secara umum. 
 
"Namun, saya harus ungkapkan pembangunan infrastruktur di ibu kota negara hanya berkontribusi 0,6 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) riil di Indonesia," katanya saat rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (4/2/2020). 
 
Suharso menyampaikan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Negara (IKN) tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memacu masuknya arus investasi ke Indonesia. Pasalnya, tujuan Presiden Joko Widodo memindahkan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Kaltim tak lain untuk mendorong pembangunan ke luar Pulau Jawa.  

Berdasarkan data Bappenas, proyek raksasa tersebut akan membuka peluang investasi sebesar 47,7 persen di Kaltim dan 34,5 persen di Kalimantan secara umum. Adapun total investasi yang masuk ke Indonesia secara menyeluruh diproyeksi mampu naik hingga 4,7 persen.
 
Suharso menambahkan peningkatan di sektor konstruksi memiliki efek pengganda (enabler) yang cukup besar terhadap perekonomian regional dan nasional. Dia memperkirakan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalimantan akan meningkat. 
 
"Share PDRB Kalimantan kepada perekonomian nasional saat ini baru 8,5 persen. Angka ini akan naik menjadi 8,8 persen pada 2024. Kontribusi terbesar masih dipegang Jawa 58 persen dan Sumatra sebanyak 21 persen," jelas Suharso. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper