Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Indonesia Makin Tertekan di Awal 2020

Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Indonesia tercatat turun ke posisi 49,3 pada bulan Januari 2020 dari level 49,5 pada Desember 2019.
Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja mengemas biji plastik usai dijemur di salah satu industri pengolahan limbah plastik di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks manajer pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) manufaktur Indonesia tercatat turun ke posisi 49,3 pada bulan Januari 2020 dari level 49,5 pada Desember 2019.

Data PMI terbaru yang dirilis oleh IHS Markit ini menunjukkan bahwa kondisi manufaktur Indonesia terus menurun pada awal tahun. Dengan ini, PMI Manufaktur Indonesia tercatat terus di bawah angka 50 atau dalam level kontraksi sejak Juli 2019.

Indeks manufaktur merupakan indikator tunggal yang memberikan gambaran singkat tentang kondisi bisnis di sektor manufaktur, dan disusun dari pertanyaan-pertanyaan seputar permintaan, output, ketenagakerjaan, waktu pengiriman dari pemasok, dan inventaris.

Menurunnya arus permintaan berkontribusi terhadap penurunan tingkat perekrutan ternaga kerja. Produsen juga mengurangi tingkat aktivitas pembelian dan stok bahan baku karena tekanan harga masih lesu.

Di sisi lain, tingkat produksi sedikit naik pada bulan ini, sementara perusahaan masih berpandangan optimis terhadap tingkat output dalam waktu satu tahun mendatang.

Kepala Ekonom IHS Markit Bernard Aw mengatakan bahwa penurunan aktivitas manufaktur Indonesia terus berlanjut hingga awal tahun, dengan penurunan lebih jauh pada kondisi operasional selama bulan Januari.

"Terlebih lagi, kondisi permintaan nampaknya melemah pada awal tahun 2020. Penjualan baru menurun dan meningkatkan kapasitas kosong di sektor manufaktur, yang kemudian membebani perekrutan tenaga kerja,” ungkap Bernard.

Bernard mengungkapkan tren melemahnya penjualan juga mendorong perusahaan mengurangi aktivitas pembelian dan mengakumulasi stok bahan baku. Produsen juga harus memanfaatkan pesanan sebelumnya untuk mempertahankan tingkat produksi.

"Meskipun ekspektasi jangka panjang bertahan positif dengan Indeks Output Masa Depan, yang merupakan tolok ukur optimisme, naik ke posisi tertinggi selama delapan bulan, tingkat optimisme ini dapat memudar jika permintaan terus menurun pada bulan-bulan mendatang,” lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper