Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

API : Target Pertumbuhan Manufaktur 5,3 Persen Realistis

Segera rampungnya free trade agreement dengan Uni Eropa bakal menjadi sentimen positif bagi peningkatan ekspor manufaktur nasional.
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja meyelesaikan pembuatan pakaian di pabrik garmen PT Citra Abadi Sejati, Bogor, Jawa Barat./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) optimistis proyeksi pertumbuhan manufaktur nasional pada 2020 yang dipatok Kementarian Perindustrian bisa direalisasikan.

Ade Sudrajat, Ketua API, mengatakan bahwa sejumlah pihak memang cenderung pesimistis dengan proyeksi tersebut. Namun, dia menegaskan ada sejumlah faktor yang mendasari asumsi pertumbuhan yang cukup tinggi tersebut.

Salah satunya, adalah upaya pemerintah merealisasikan Undang-undang Omnibus Law. Di samping itu, dia mengatakan segera rampungnya free trade agreement dengan Uni Eropa bakal menjadi sentimen positif bagi peningkatan ekspor manufaktur nasional.

"Ada lompatan-lompatan pada 2020 yang bisa mendukung proyeksi itu. Saya termasuk yang optimistis dengan proyeksi itu," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (7/1/2020).

Dalam konferensi pers Kinerja Tahun 2019 dan Outlook Pembangunan Industri Tahun 2020 di Jakarta, Senin (6/1/2020), Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya optimistis terhadap kinerja industri manufaktur pada tahun ini masih akan bertumbuh di tengah ketidakpastian kondisi global.

Pada tahun ini, jelasnya, Kemenperin memproyeksikan pertumbuhan industri pengolahan berkisar 4,80% - 5,30% seiring dengan melonjaknya produktivitas sejumlah sektoral melalui penambahan investasi.

Untuk memastikan pencapaian proyeksi pertumbuhan kinerja pada 2020, Menperin menetapkan sejumlah langkah strategis. Pertama, mendorong jaminan ketersediaan bahan baku untuk keberlanjutan produktivitas. Hal ini menjadi salah satu upaya menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Kedua, gencar menarik investasi, khususnya ke industri berorientasi ekspor, menghasilkan produk substitusi impor, berbasis teknologi tinggi, dan sektor padat karya. Ketiga, mengatasi kendala investasi kepastian berusaha dengan pemangkasan regulasi melalui RUU Omnibus Law.

Keempat, meningkatkan daya saing melalui Revolusi Industri 4.0. yang membawa perubahan pada peningkatan ekonomi berbasis digital. Kelima, mengoptimalkan potensi bonus demografi.

Keenam, memprioritaskan penyebaran industri ke luar Jawa, salah satunya melalui pengembangan kawasan industri prioritas. Ketujuh, mengawal beberapa investasi besar industri, antara lain CPC Corporation (Taiwan) di sektor industri petrokimia, LiteMax (Taiwan) di sektor industri elektronika, dan Smart City, Taiwan Sugar Corp (Taiwan) di sektor industri gula, dan Unical (AS) di sektor industri dirgantara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Galih Kurniawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper