Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diharapkan tidak mengambil kebijakan ekonomi yang ekstrim dalam merespons wabah virus corona (2019-nCoV) yang melanda beberapa negara di dunia.
Chief Economist East Asia and Pacific dari World Bank Aaditya Mattoo mengatakan dampak dari virus corona terhadap perdagangan global pada saat ini masih terlalu dini untuk diperhitungkan.
Menurutnya, dampak dari sebuah penyakit menular terhadap ekonomi dan perdagangan seringkali bukan berasal dari akibat langsung dari penyakit tersebut seperti korban jiwa atau biaya perawatan. Negara-negara kerap melakukan kebijakan proteksionisme secara berlebihan bila ada sebuah wabah penyakit yang sedang melanda.
“Kebijakan-kebijakan preventif yang berlebihan ini akan mempengaruhi perekonomian dan perdagangan global secara signifikan,” ungkapnya saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Selasa (28/1/2020).
Mattoo mencontohkan kasus wabah Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang terjadi beberapa waktu lalu. Saat itu, banyak negara yang memberlakukan sejumlah sanksi ekonomi maupun perdagangan untuk melindungi diri dari wabah penyakit.
Lebih lanjut, dia menyarankan pemerintah di setiap negara, termasuk Indonesia, untuk tidak terlalu terburu-buru memberlakukan sebuah kebijakan yang dapat memukul perekonomian dan perdagangan global. Dia meminta para pemangku kepentingan untuk memonitor kondisi wabah virus corona ini dari keterangan pemerintah China yang dinilai transparan dalam mengabarkan masalah ini.
Baca Juga
“Selain itu, respon yang cepat dari lembaga dunia terkait kesehatan yang cukup cepat juga diharapkan dapat meminimalisir dampak negatif ini. Pemerintah dapat mengambil langkah-langkah yang tepat berdasarkan informasi-informasi tersebut,” lanjutnya.
Sementara itu, virus corona telah menginfeksi 4.474 orang per Selasa (28/1/2020) pukul 12.30 dengan jumlah korban tewas mencapai 107 orang.
Korban virus corona, menurut data berdasarkan data Civil and Systems Engineering (CaSE) Johns Hopkins University di laman gisanddata.maps.arcgis.com, telah menyerang 4.474 orang, namun 63 pasien berhasil disembuhkan, kendati 107 pasien meninggal dunia.