Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina EP menyatakan terjadi peningkatan produksi minyak kendati laju penurunan produksi (decline rate) masih terus membayangi.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf menuturkan dalam setahun setidaknya besaran decline rate blok migas yang dikelola pihaknya mencapai 30%. Namun, terjadi peningkatan produksi minyak dari 79.700 barel per hari (bph) pada 2018 menjadi 82.200 bph pada 2019.
Menurutnya, produksi pada 2019 seharusnya bisa, tetapi karena adanya decline rate, peningkatan yang tercapai hanya 2.500 bph.
"Kalau challenge 90.000 bph memang berat, hanya saja karena sudah jadi amanah konstitusi, kami kejar ke arah sana," katanya, Senin (21/1/2020).
Menurutnya, untuk mengejar target 90.000 bph tersebut, Pertamina EP berencana melakukan pengeboran 94 sumur. Hanya saja, yang baru selesai dilakukan pengeboran adalah 85 sumur.
"Angka-angka yang kami punya berat, kami sampaikan juga ke rakor SKK Migas," tambahnya.
Sementara itu, wacana melakukan revitalisasi sumur tua sudah dikeluarkan sejak 10 tahun lalu. Pertamina EP diakuinya memiliki banyak sumur tua yang jumlahnya mencapai ribuan.
Sumur-sumur tersebut semuanya sudah dipelajari. Dengan fakta di lapangan, banyak sumur ditemukan tanpa wellhead, koordinat ada tetapi sumur sudah tidak ada, hingga sumur memiliki banyak masalah seperti casing yang bocor.
"Dari sekian sumur yang kami coba evaluasi, hanya sebagian kecil yang bisa kami otak-atik. Problem-nya sudah diatas 90% [primary recovery], kalau dikerjakan oleh kami boleh dibilang sudah tidak ekonomis," katanya.