Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina EP berupaya mendapatkan cadangan minyak baru untuk memperpanjang usia produksi yang makin pendek.
Presiden Direktur Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan Usia produksi migas yang dikelola Pertamina EP tinggal kurang dari 10 tahun, yakni 9,7 tahun untuk minyak dan 7,8 tahun untuk produksi gas. Pihaknya berupaya untuk menemukan cadangan besar (big discovery) seperti yang terjadi di Lapangan Banyu Urip.
"Untuk minyak 9,7 tahun lagi, terlalu pendek untuk ukuran perusahaan. Gas 7,8 tahun. Kami berusaha lagi mendapatkan cadangan minyak baru untuk perpanjang lifetime," katanya, Senin (20/1/2020),
Menurutnya, pengurasan minyak tahap lanjut dengan metode enhanced oil recovery (EOR) juga menjadi tantangan untuk Pertamina EP. Pasalnya, lapangan yang dikelola saat ini sudah cukup tua dengan pengangkatan primer atau primary recovery sebesar 85%.
Ada sejumlah sumur yang dioperasikan Pertamina EP dengan usia 40 tahun produksi. Dengan kondisi tersebut, produksi sumur sudah pada titik optimal sehingga perlu dilakukan secondary recovery berupa pendorongan air (water flood) atau pendorongan gas (gas flood).
"Sebenarnya kami sudah seperti PDAM, 90% air, bahkan sebagian sudah mendekati 95%. Cuma karena kami masih bisa produksi secara ekonomis, kami kumpulkan sehingga bisa capai kumulatif produksi," katanya.
Adapun realisasi lifting minyak Pertamina EP selama 2019 mencapai 82.179 barel per hari (bph) dan gas 752.000 MMscfd.
Realisasi lifting minyak tersebut mencapai 99,6% dari target dalam work program and budget (WP&B) dan 96,6% dari target APBN. Sementara itu, realisasi gas sebesar 97% dari target WP&B dan 88,4% target APBN.
"Kenapa beda [target WP&B dan APBN], kami susun WP&B sudah hampir 1 bulan, mulai dari level teknis sampai paling tinggi, sementara APBN berdasarkan target nasional dibagi ke KKKS," katanya.