Bisnis.com, JAKARTA – Sepak terjangnya di dunia pelayaran niaga tak diragukan meski pada awalnya dia tidak membayangkan bakal terjun ke sana. Selama 25 tahun, Carmelita Hartoto mencurahkan hidupnya untuk Andhika Group. Untuk mengetahui lebih dalam bagaimana 'tangan dingin' Carmelita membuat bendera perusahaan terus berkibar, Bisnis.com mewawancarai Direktur Utama Andhika Lines ini. Berikut petikannya:
Andhika Lines berdiri 1972, bergerak di bisnis pelayaran niaga batu bara dan minyak bumi. Bagaimana perkembangan bisnis Andhika Lines selama 48 tahun berdiri?
Alhamdulillah dalam kurun 48 tahun, Andhika Lines menjadi salah satu dari sedikit perusahaan pelayaran legendaris nasional yang masih eksis. Sebagaimana industri pelayaran nasional lainnya, tentu saja kami juga mengalami pasang surut seperti roda kehidupan. Ada kalanya berjaya dan ada kalanya harus berhemat.
Anda penerus perusahaan pelayaran yang dirintis ayah. Apa yang terlintas pertama kali di pikiran saat Anda meneruskan tongkat estafet waktu itu?
Terus terang tidak terlintas pemikiran sama sekali bahwa saya harus memegang tongkat estafet bisnis shipping ini. Ketiadaan ayah secara mendadak membuat saya dan ibu harus meneruskan bisnis keluarga ini.
Ibu yang melihat latar belakang pendidikan bisnis, meminta saya untuk terjun ke dalam bisnis shipping ini. Jadi dengan tekad yang bulat, saya sanggupi sambil belajar dengan rekan-rekan ayah dan mentor-mentor maupun senior-senior yang expert di bidang shipping.
Pada 2002, aset Andhika Lines berkurang karena para pemilik saham pecah kongsi. Pada 2007 menjadi titik balik dan perusahaan bisa menambah aset. Apa yang Anda lakukan saat itu sehingga Andhika kembali melesat?
Kami berhasil meyakinkan pelanggan-pelanggan kami mengenai kemampuan dan loyalitas kami dan membuktikan kamilah yang terbaik. Setelah pelanggan yakin, maka pihak financier pun percaya untuk menambah pinjaman modal usaha.
Apa keunggulan Andhika Lines sehingga menjadi pilihan pelanggan? Apa kiat menghadapi kompetisi di industri ini?
Setiap perusahaan memiliki strategi masing-masing. Dalam bisnis yang berbasis pada kontrak, maka komitmen serta service jasa yang tepat waktu dan tepat harga menjadi kunci sukses. Di samping itu, tentu saja kami yakin bahwa rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa.
Bagaimana Anda melihat peluang bisnis angkutan curah saat ini?
Saat ini bisnis muatan curah dalam negeri masih dalam kondisi seimbang antara permintaan dan supply, bahkan hampir-hampir oversupply. Kondisi ini harus dijaga agar tetap seimbang dan tidak ada fluktuasi biaya jasa angkut.
Memang, dibukanya investor asing untuk membangun smelter memberi peluang adanya muatan curah, tetapi investor tersebut juga membangun armadanya sendiri. Jadi, tidak mengubah kondisi.
Apa tantangan yang biasanya dihadapi pengusaha pelayaran di Indonesia?
Saat ini, pengusaha pelayaran menghadapi tantangan bagaimana mendapatkan biaya investasi yang murah. Perbankan nasional menerapkan bunga pinjaman 2 digit, loan tenure yang pendek, dan jaminan kolateral.
Sementara itu, perbankan internasional hanya 1% atau 2% di atas Sibor/Libor atau hanya 1 digit dan loan tenure yang panjang sehingga daya saing pelayaran nasional lemah terhadap pelayaran asing.
Bagaimana support pemerintah terhadap bisnis pelayaran?
Sejauh ini, pemerintah telah memberikan perhatian yang besar pada bisnis pelayaran nasional. Kami berharap terus berlanjut mengingat masih ada hal-hal yang kami nantikan dukungan pemerintah, terutama dalam pembiayaan murah untuk investasi pengadaan kapal.
Kami mengharapkan bahwa industri shipping bisa disamakan dengan infrastruktur sehingga bunga investasinya murah dan tenure-nya juga panjang.
Apa pendapat Anda tentang omnibus law? Apakah sebaiknya diterapkan di sektor pelayaran?
Omnibus law untuk menyederhanakan regulasi serta menyatukan UU untuk penegakan hukum di laut, sangat kami support. Kita memang memerlukan adanya satu institusi penegakan hukum untuk keselamatan dan keamanan yang bisa multi-task.