Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah perlu menyiapkan anggaran khusus demi menjaga produksi teh. Pengalokasian anggaran untuk intensifikasi dan peremajaan dinilai bisa meredam penyusutan produksi akibat usia tanaman yang tua dan alih fungsi lahan.
"Teh ini adalah trademark Indonesia sejak zaman pendudukan Belanda. Perlu ada upaya intensifikasi untuk meningkatkan produksinya," tutur pengamat perkebunan Gamal Nasir kepada Bisnis, Rabu (15/1/2020).
Berdasarkan catatannya, pemerintah pernah menggelontorkan anggaran sampai Rp100 miliar per tahun untuk bantuan bibit dan pupuk komoditas teh. Namun untuk saat ini, dia tak meyakini porsi untuk teh sebesar dahulu meski program peremajaan tetap berjalan.
Di sisi lain, dia menyebutkan potensi pengembangan teh di luar Pulau Jawa pun masih besar mengingat terdapat pula teh yang bisa ditanam di dataran rendah. Sejauh ini, area perkebunan teh di Jawa Barat masih menjadi kontributor terbesar dengan luas 86.408 hektare.
"Paling banyak di Jawa Barat sekitar 80%, tetapi potensi pengembangan di Sumatra dan Sulawesi pun besar," imbuhnya.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, sekitar 19.115 hektare (ha) tanaman teh dalam kondisi rusak atau tak menghasilkan berpotensi menjadi target peremajaan dalam program BUN500. Luas area tersebut mencakup 16,87% dari total perkebunan teh yang tercatat mencapai 113.307 ha pada 2017
Dalam proyeksi pengadaan bibit unggul untuk 10 komoditas perkebunan yang termaktub dalam program BUN500, Ditjen Perkebunan menargetkan dapat menyalurkan sekitar 55,55 juta batang bibit teh dengan kualitas baik. Jumlah tersebut rencananya bakal disalurkan untuk lahan seluas 5.555 ha selama periode yang dimaksud atau sekitar 30% dari potensi lahan yang memerlukan peremajaan.