Bisnis.com, JAKARTA - Perolehan neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2020 berpotensi mengarah ke zona hijau seiring dengan penyempitan defisit yang terjadi pada akhir 2019.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menuturkan, pihaknya menyambut positif terjadinya penyempitan defisit neraca perdagangan pada Desember 2019. Ia pun mengatakan potensi neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus terbuka.
"Karena berkurangnya defisit [neraca perdagangan] cukup besar dari US$8,70 miliar menjadi pada kisaran US$3 miliar," kata Dody saat ditemui dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan di Jakarta pada Kamis (16/1/2020).
Potensi surplus neraca perdagangan ini memerlukan dukungan secara eksternal. Dody memaparkan, kondisi perekonomian diharapkan mengalami perbaikan dalam beberapa waktu ke depan untuk membantu mengerek harga komoditas.
Ia melanjutkan, penguatan nilai neraca perdagangan akan membantu menutupi defisit transaksi berjalan (current account deficit) serta nilai tukar rupiah.
"Kami harap pada 2020 ini, angka defisit neraca perdagangan semakin mengecil dan pada akhirnya mengalami surplus," katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), neraca perdagangan sepanjang 2019 mengalami defisit US$3,20 miliar. Defisit tersebut terjadi seiring dengan kinerja ekspor sepanjang 2019 yang mencapai US$167,53 miliar atau lebih rendah dibandingkan dengan kinerja impor yang mencapai US$170,72 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, defisit sepanjang 2019 masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan defisit neraca perdagangan 2018 yang mencapai US$8,7 miliar.
Selama Desember 2019 neraca perdagangan mengalami defisit US$0,03 miliar atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada November 2019 sebesar US$1,39 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel