Bisnis.com, JAKARTA - Aliran modal asing (capital inflow) diyakini akan tetap berada di Indonesia karena bauran kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dan suku bunga yang menarik.
Hal ini diungkapkan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo saat ditemui di Jakarta, Kamis (16/1/2020).
Dody mengatakan, BI selalu menyiapkan kebijakan-kebijakan untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Apapun bentuk guncangan yang mungkin muncul, BI akan tetap hadir di pasar keuangan melalui sejumlah kebijakan.
Ia pun meyakini, capital inflow yang masuk akan tetap bertahan di Indonesia. Pasalnya, saat ini kondisi fundamental ekonomi Indonesia sangat kuat. Hal ini diyakini membuat modal yang masuk akan tetap berada di Indonesia.
"Bila modal yang masuk tetap bertahan di Indonesia, diharapkan akan menimbulkan efek yang lebih permanen dalam perekonomian," jelasnya.
Selain itu, perbedaan besaran suku bunga Indonesia dengan Amerika Serikat masih cukup besar. Suku bunga yang ditawarkan Indonesia juga masih lebih atraktif di mata investor bila dibandingkan dengan AS ataupun negara emerging market lainnya.
"Investor akan lebih tertarik menaruh uangnya di Indonesia karena suku bunga yang menarik," ujar Dody.
Berdasarkan data BI, capital inflow pada 2019 mencapai Rp224,2 triliun. Perinciannya, sebesar Rp168,6 triliun masuk ke Indonesia dalam bentuk surat berharga negara (SBN), disusul oleh instrumen saham sebesar Rp50 triliun.
Sementara itu, capital inflow pada obligasi korporasi dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) masing-masing mencapai Rp3 triliun dan Rp2,6 triliun.
Hingga 9 Januari 2020, capital inflow pada 2020 tercatat Rp10,1 triliun. Adapun cadangan devisa Indonesia hingga Desember 2019 sebesar US$129,2 miliar.