Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang Tekan Volume Perdagangan China-AS

Administrasi Bea Cukai China melaporkan bahwa ekspor dalam yuan tumbuh sebesar 5% secara tahunan pada 2019 dan impor naik 1,6%.
Perang dagang AS-China/istimewa
Perang dagang AS-China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Total ekspor China sepanjang 2019 mengalami kenaikan dengan lonjakan permintaan global, sedangkan perdagangan dengan AS dilaporkan turun hampir 11% di tengah perang dagang antara kedua negara.

Administrasi Bea Cukai China melaporkan bahwa ekspor dalam yuan tumbuh sebesar 5% secara tahunan pada 2019 dan impor naik 1,6%.

Ekspansi tersebut memperlebar surplus perdagangan China sebesar 25,4% menjadi 2,92 triliun yuan atau sebesar US$424,6 miliar untuk 2019.

"Uni Eropa tetap menjadi mitra dagang terbesar China, diikuti oleh Asean pada peringkat kedua dan Amerika Serikat pada peringkat ketiga," seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (14/1/2020).

Pada perkembangan perjanjian dagang antara AS dan China, Wakil Perdana Menteri China Liu He akan menandatangani tahap pertama dari kesepakatan tersebut di Washington pada 15 Januari.

Gencatan senjata itu telah meredakan kekhawatiran perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia, setidaknya untuk sementara, ketika fokus para investor terpusat pada konflik di Timur Tengah dan harga minyak yang tidak stabil.

Pemerintah China dijadwalkan untuk mengumumkan pertumbuhan produk domestik bruto 2019 pada Jumat (17/1/2020).

Akhir pekan lalu, kepala biro statistik China memberikan indikasi awal yang memproyeksikan target pertumbuhan ekonomi pada kisara 6%-6,5%.

Data ekonomi yang melemah sepanjang 2019 memicu pemangkasan suku bunga utama bulan ini guna menjaga kondisi likuiditas domestik agar tetap stabil.

Langkah ini diambil di tengah upaya pemerintah untuk mendorong sektor swasta serta antisipasi krisis uang tunai yang diperkirakan selama liburan tahun baru Imlek 2020.

Di sisi lain, inflasi konsumen secara keseluruhan stabil pada Desember meskipun kenaikan harga daging babi yang terus berlanjut, meninggalkan bank sentral cukup ruang untuk pelonggaran tambahan.

Ekonom Macquaire Group Ltd. Larry Hu berpendapat bahwa ketegangan perang dagang sudah lewat, setidaknya untuk 2020. Dengan demikian, perlambatan ekonomi China pada 2019 tidak jauh berbeda dari negara-negara lain di dunia.

"[Ini] menunjukkan perlambatan utamanya disebabkan oleh ekonomi global yang melambat, bukan perang dagang," tulis Hu dalam sebuah catatan pekan lalu.

Dia menambahkan bahwa ketegangan yang mereda tidak akan menjadi pendorong besar bagi ekspor dan memperkirakan ekspor mungkin akan tumbuh 0% pada 2020.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper