Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Tak Khawatir dengan Potensi Penurunan Laba

Laba perusahaan kemungkinan akan turun untuk dua kuartal berturut-turut pada akhir 2019, menyeret turun pertumbuhan pendapatan tahunan ke angka terkecil dalam tiga tahun terakhir.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA -- Laba perusahaan kemungkinan akan turun untuk dua kuartal berturut-turut pada akhir 2019, menyeret turun pertumbuhan pendapatan tahunan ke angka terkecil dalam tiga tahun terakhir.

Meski demikian, beberpa investor tampaknya tidak mempermasalahkan hal itu.

Melihat sifat pasar saham, di mana pengembalian cenderung mengantisipasi perubahan dalam pertumbuhan laba, seperti yang disampaikan oleh S&P 500 bahwa investor memperkirakan adanya rebound laba tahun ini.

Belajar dari sejarah, siklus pendapatan menunjukkan pertanda baik untuk 2020, di mana tolak ukur ekuitas secara rata-rata naik lebih dari 7% mengikuti pertumbuhan laba terendah.

"Pasar mengharapkan adanya kenaikan pendapatan. Secara keseluruhan prospeknya sangat baik," kata Chris Gaffney, Kepala Pasar Dunia di TIAA Bank, dikutip melalui Bloomberg, Minggu (12/1).

JPMorgan Chase & Co. adalah salah satu bank besar yang membuka musim rilis laporan keuangan pada 14 Januari.

Analis memproyeksikan bahwa laba S&P 500 turun 1,6% dalam tiga bulan terakhir tahun 2019.

Investor kemungkinan akan meneliti lebih dekat kemungkina perusahaan akan mengkonfirmasi rebound yang saat ini diprediksi naik 3,2% pada kuartal I/2020, dengan perkiraan pertumbuhan 9,1% untuk setahun penuh, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg Intelligence .

Pengaturan serupa telah membawa keuntungan ekuitas yang solid di masa lalu. Pada tahun 1998, pendapatan mencapai titik terendah pada kuartal keempat dan S&P 500 kembali mendekati 20% pada empat kuartal berikutnya.

Ketika musim penerbitan laporan keuangan semakin dekat, analis semakin optimis tentang tahun 2020.

Rasio revisi pendapatan, yang mengukur perkiraan kenaikan versus penurunan, bergerak cenderung lebih tinggi.

Ahli strategi JPMorgan yang dipimpin oleh Mislav Matejka berharap hal itu akan berlanjut. Keuntungan tidak akan terkontraksi kecuali ekonomi dalam resesi, tulis mereka dalam catatan.

Sementara ketegangan baru-baru terkait ketengangan antara AS dengan Iran menempatkan investor pada posisi yang kurang nyaman, gencatan senjata perdagangan antara AS dan China menguatkan optimisme pertumbuhan global tahun ini.

S&P 500 hanya membutuhkan dua hari untuk bangkit kembali dari aksi jual yang dipicu oleh Iran, mencatat kenaikan mingguan ke-12 dalam 14 pekan terakhir.

Di Amerika, perusahaan-perusahaan menyerap tenaga kerja pada kecepatan yang solid, di mana tingkat pengangguran berada pada level terendah selama setengah abad terakhir pada 3,5%.

Meskipun sektor manufaktur menunjukkan pelemahan, tetapi area lain terus menunjukkan perbaikan.

Menurut Michael Reynolds, investment strategy officer di Glenmede, dalam jangka pendek hingga menengah, dia melihat potensi perbaikan pada ekonomi hampir secara global, terutama di negara-negara maju termasuk China.

"Ini 100% baik untuk aset berisiko, basis ekonomi yang berkembang adalah pertumbuhan pendapatan dan itu terlihat positif," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper