Bisnis.com, JAKARTA - Tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 4,2 gigawatt (MW) pada 2019 dianggap sebagai pencapaian terbesar pemerintah dalam di subsektor listrik dalam beberapa tahun terakhir.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana mengatakan penambahan kapasitas pembangkit tersebut akan terus berlanjut.
Adapun tambahan pembangkit dari program megaproyek 35.000 megawatt (MW) baru akan rampung mengikuti Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) hingga 2028. Kebanyakan akan beroperasi mulai 2021.
Rida memerinci kenaikan kapasitas terpasang 4,2 GW datang dari 71 pembangkit yang 10 diantaranya merupakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan kapasitas total 3.017 MW. Kondisi ini menjadikan kebutuhan batu bara mengalami peningkatan dengan konsumsi total mencapai 63,5 juta ton.
"Itu yang membuat konsumsi [batu bara] dalam negeri mengalami kenaikan dan ketersedian penyediaan listrik makin hari makin cukup," katanya, Kamis (9/1/2020).
Rida mengakui banyaknya pembangkit listrik yang beroperasi tidak diikuti dengan pertumbuhan permintaan listrik secara signifikan.
Dia menuturkan sebelumnya pemerintah memang menggenjot pembangunan pembangkit karena kebutuhan listrik masyarakat yang dinilai belum terpenuhi. Namun, seiring dengan beroperasinya pembangkit baru dari megaproyek 35.000 MW, kebutuhan listrik masyarakat justru tidak bertambah sesuai harapan.
Kondisi tersebut membuat pemerintah mendorong PLN lebih fokus pada transmisi dan distribusi atau tidak lagi fokus membangun pembangkit baru.
"Smua pihak lebih konsentrasi terhadap penyediaan. Faktanya sekarang kan makin banyak yang masuk, sementara pertumbuhan demand kurang sesuai harapan," ujarnya.