Bisnis.com, JAKARTA — Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas memastikan jadwal penyelesaian dua proyek sistem penyediaan air minum mundur dari target seiring dengan kasus hukum pada porsi proyek yang dibiayai anggaran negara.
Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Wahyu Utomo mengatakan bahwa dua proyek system penyediaan air minum (SPAM) yang mengalami pemunduran jadwal penyelesaian adalah SPAM Umbulan dan SPAM Bandar Lampung.
Kedua proyek itu bergulir lewat kerja sama pemerintah dengan badan usaha (KPBU). Semula, SPAM Umbulan rampung tahun ini, kemudian mundur menjadi Maret 2020.
Wahyu menyebutkan bahwa pada kedua proyek tersebut, pekerjaan konstruksi porsi APBN terhambat karena kasus hukum yang melibatkan empat pejabat Kementerian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat.
Keempat pejabat tersebut dicokok Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Desember 2018 karena diduga mengatur lelang pembangunan SPAM tahun anggaran 2017—2019 di Umbulan, Lampung, Toba, Katulampa, dan Donggala.
"Untuk [bagian] KPBU sendiri tidak bermasalah. Yang bermasalah ini yang di luar [porsi APBN] sehingga mau tidak mau secara sistem ini menghambat," tuturnya di Jakarta, Jumat (27/12/2019).
Baca Juga
Dua proyek SPAM tersebut memang mendapat dukungan konstruksi dari pemerintah melalui Kementerian PUPR.
Dalam catatan Bisnis, dukungan tersebut berupa pembangunan pipa dari titik offtake ke jaringan distribusi utama dan fasilitas pendukung lainnya.
Secara umum, progres konstruksi SPAM Umbulan yang menjadi porsi badan usaha pelaksana PT Meta Adhya Tirta Umbulan telah mencapai 95 persen.
Menurut Wahyu, sisa pekerjaan masih terkendala perizinan pemasangan pipa di beberapa lokasi di Surabaya. Walhasil, target penyelesaian mundur semula Desember 2019 menjadi Maret 2020.
Proyek SPAM Umbulan merupakan proyek KPBU yang menelan investasi Rp2,05 triliun. Selain dukungan konstruksi, pemerintah juga memberi dana dukungan tunai sebanyak Rp818 miliar dalam proyek tersebut.
Sejauh ini, proyek SPAM Umbulan merupakan proyek air minum dengan kapasitas terbesar, yakni 4.000 liter per detik. Kapasitas sebesar itu cukup untuk melayani 310.000 sambungan pelanggan atau setara 1,30 juta jiwa.
Sementara itu, penyelesaian pembangunan SPAM Bandar Lampung dipastikan juga molor.
Wahyu menyebutkan bahwa progres konstruksi yang dikerjakan badan usaha pelaksana, yakni PT Adhya Tirta Lampung telah mencapai 90 persen. Namun, jadwal penyelesaian bakal molor karena terdapat pekerjaan paket APBN yang terkena kasus KPK.
Paket tersebut baru bisa dikerjakan pada Januari 2020. Walhasil, proyek SPAM dengan kapasitas produksi 750 liter per detik itu baru bisa dinikmati pada Agustus 2020.
Proyek dengan investasi badan usaha sebesar Rp1,10 triliun akan menjadi sumber air minum bagi 60.000 sambungan pelanggan di Bandar Lampung.