Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengapa Produsen Batu Bara Minta Pelarangan Ekspor Batu Bara Mulai 2046?

Kalau pun pemerintah benar-benar sudah menerapkan larangan ekspor, sebagai kontraktor, APBI hanya bisa mengikuti kewenangan tersebut.
Salah satu lokasi pertambangan batu bara di Kalimantan Timur./Bisnis-Rachmad Subiyanto
Salah satu lokasi pertambangan batu bara di Kalimantan Timur./Bisnis-Rachmad Subiyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Baru-baru ini, Presiden Joko Widodo sempat melontarkan wacana pelarangan ekspor bahan mentah setelah bijih nikel yakni batu bara.

Ketika menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia berharap agar pelarangan ekspor komoditas batu bara dapat dilakukan pada 2046.

"Kan kalau di Rencana Umum Energi Nasional yang ditandatangani Presiden dalam bentuk Perpres 2017, sudah ada timetable tahun sekian tidak ada batu bara yang diekspor. Dikurangi bertahap ekspornya paling lambat tahun 2046," ujarnya kepada Bisnis, Senin (23/12/2019).

Kendati demikian, meski pemerintah benar-benar sudah menerapkan larangan ekspor, sebagai kontraktor pihaknya hanya bisa mengikuti kewenangan tersebut.

"Sebagai kontraktor pemerintah tentu kami serahkan sepenuhnya ke pemerintah. Kami serahkan sepenuhnya ke pemerintah sebagai regulator. Kami pada prinsipnya hanya kontraktor pemerintah," ucapnya.

Menurut Hendra, tentu pemerintah juga perlu mempertimbangkan kepentingan pemerintah daerah tempat lokasi tambang berada dan juga mengandalkan kekayaan alam sebagai penggerak perekonomian.

Terlebih, Indonesia sebagai eksportir terbesar harus memperhatikan kepentingan negara lain.

Malaysia, Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan sebagai importir batu bara asal Indonesia juga telah memiliki jadwal untuk memenuhi kebutuhan listrik ke depan.

Hendra mencontohkan Vietnam dapat melakukan impor batu bara asal Indonesia selama 20 tahun hingga 30 tahun karena adanya pembangkit listrik di sana.

Oleh karena itu, Hendra berharap sampai 2045 atau 2050 masih mendapat pasokan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper