Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FAA Dicecar Soal Izin Terbang Boeing 737 MAX Pascakecelakaan Lion Air

Anggota parlemen Amerika Serikat mempertanyakan tindakan Federal Aviation Administration (FAA) menyetujui pesawat jet Boeing 737 MAX dapat tetap terbang pascakecelakaan yang dialami Lion Air pada Oktober 2018.
Bagian mesin pesawat Boeing terlihat di lokasi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302, di dekat Kota Bishoftu, sebelah tenggara ibu kota Addis Ababa, Ethiopia, Senin (11/3/2019)./Reuters-Tiksa Negeri
Bagian mesin pesawat Boeing terlihat di lokasi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET 302, di dekat Kota Bishoftu, sebelah tenggara ibu kota Addis Ababa, Ethiopia, Senin (11/3/2019)./Reuters-Tiksa Negeri

Bisnis.com, JAKARTA – Anggota parlemen Amerika Serikat mempertanyakan tindakan Federal Aviation Administration (FAA) menyetujui pesawat jet Boeing 737 MAX dapat tetap terbang pascakecelakaan yang dialami Lion Air pada Oktober 2018 meskipun ada keraguan tentang keamanannya.

Dokumen yang dirilis oleh Komite Transportasi dan Infrastruktur DPR AS mengungkapkan adanya penilaian risiko FAA secara internal setelah jet komersial 737 MAX yang dioperasikan maskapai Lion Air jatuh pada Oktober 2018.

Penilaian tersebut memperkirakan 15 pesawat jet lainnya dengan jenis sama akan jatuh selama 45 tahun ke depan jika tidak dilakukan perbaikan.

Tampil pertama kalinya di depan komite, Kepala FAA Steve Dickson beralasan bahwa para pejabat FAA bertindak berdasarkan itikad baik dengan tidak melarang terbang pesawat jenis itu sampai kemudian terjadi kecelakaan fatal kedua pada 10 Maret 2019 yang menimpa Ethiopian Airlines.

Selama ini, Dickson diketahui telah menahan diri untuk mengkritik tindakan yang diambil FAA sebelum ia disumpah menduduki posisinya itu pada Agustus 2019.

Namun, menjawab pertanyaan Perwakilan Demokrat dari California Julia Brownley, Dickson mengatakan akan melarang terbang 737 MAX pasca kecelakaan pertama jika dia sudah mengepalai FAA pada saat itu.

“Dengan apa yang saya ketahui sekarang, ya [akan melarang terbang],” tutur Dickson, seperti dilansir Bloomberg.

Dalam hearing yang berlangsung hampir 6 jam pada Rabu (11/12/2019), FAA menerima beberapa kritik keras atas krisis yang dialami 737 MAX.

Dickson mengakui dibutuhkannya perbaikan dan mengungkapkan bahwa FAA tengah mempertimbangkan langkah tegas terhadap Boeing.

Sementara itu, Perwakilan Demokrat dan Ketua Komite Transportasi Peter DeFazio menilai FAA telah gagal mengajukan pertanyaan yang tepat kepada Boeing ataupun mempertanyakan jawaban yang mereka terima dari pabrikan pesawat ini.

“Investigasi oleh komite selama berbulan-bulan telah menemukan budaya keselamatan yang rusak di dalam Boeing dan FAA yang tidak mengetahui, tidak mampu, atau tidak mau meningkatkan, mengatur dan memberikan pengawasan yang tepat terhadap Boeing,” ujar DeFazio.

Di sisi lain, pada Rabu (11/12) Boeing mengungkapkan bahwa perusahaan dan FAA memutuskan untuk "memperkuat prosedur pilot yang ada" dan bahwa memberikan peringatan kepada pilot pascakecelakaan Lion Air dirasa cukup untuk memungkinkan penerbangan berlanjut sampai perubahan pada sistem kontrol penerbangan 737 MAX dapat dilakukan.

Padahal, menurut DeFazio kepada awak media setelah sidang, analisis FAA sendiri menunjukkan pesawat jenis itu memiliki risiko keselamatan yang tidak dapat diterima dan seharusnya tidak diizinkan untuk terus terbang tanpa perbaikan lebih menyeluruh.

“Hal tersebut seharusnya 'membunyikan alarm' meskipun tampaknya tidak. Kami akan membahasnya,” tambah DeFazio.

Analisis risiko yang dilakukan pada Desember 2018, yang dikenal sebagai Metodologi Penilaian Risiko Transportasi Pesawat, dilakukan untuk memvalidasi keputusan FAA hampir sebulan sebelumnya yang memperingatkan pilot atas masalah tersebut sembari membiarkan pesawat terus terbang.

Analisis tersebut memperkirakan akan ada 15 kecelakaan fatal yang menewaskan 2.921 orang selama periode 45 tahun ke depan dengan armada 4.800 pesawat.

Hasilnya didasarkan pada apa yang akan terjadi jika FAA tidak mengambil tindakan. Pada saat itu, FAA tidak hanya memperingatkan para pilot tetapi juga bekerja sama dengan Boeing untuk mendesain ulang pesawat 737 MAX, menurut seorang pejabat FAA.

Seperti diketahui, Boeing 737 MAX yang dioperasikan Lion Air terjun bebas ke Laut Jawa beberapa menit setelah lepas landas pada 29 Oktober 2018.

Hanya berselang kurang dari 5 bulan kemudian, sebuah pesawat Ethiopian Airlines bermodel sama jatuh menghantam daratan Ethiopia pada Maret 2019. Total 346 jiwa melayang akibat dua kecelakaan fatal itu.

Kedua tragedi ini serentak mendorong larangan terbang pesawat jet terlaris Boeing tersebut di seantero dunia dan investigasi menyeluruh oleh otoritas penerbangan khususnya di AS.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper