Bisnis.com, JAKARTA – Seperti yang telah diantisipasi, bank sentral Federal Reserve Amerika Serikat memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan kebijakan yang berakhir pada Rabu (11/12/2019) waktu setempat (Kamis dini hari WIB).
Setelah memangkas suku bunga sebanyak tiga kali tahun ini, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran target antara 1,50 persen dan 1,75 persen.
Para pembuat kebijakan juga mensinyalkan bahwa biaya pinjaman kemungkinan akan tetap dipertahankan, dengan pertumbuhan ekonomi yang moderat dan tingkat pengangguran rendah diperkirakan akan berlanjut hingga pemilihan presiden tahun 2020.
“Prospek ekonomi kita tetap positif, terlepas dari perkembangan global dan risiko yang berkelanjutan,” terang Gubernur Fed Jerome Powell dalam suatu konferensi pers pascapertemuan, seperti dilansir dari Reuters.
"Kami percaya kebijakan moneter diposisikan dengan baik untuk memenuhi kebutuhan rakyat Amerika dengan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, pasar kerja yang kuat, dan inflasi mendekati target 2 persen kami,” lanjut Powell.
Proyeksi ekonomi baru yang dikeluarkan oleh The Fed menunjukkan sebanyak 13 dari 17 pembuat kebijakan memperkirakan tidak adanya perubahan suku bunga sampai setidaknya tahun 2021.
Adapun empat lainnya melihat kenaikan suku bunga sebanyak satu kali pada 2020. Pandangan ini berlawanan dengan ekspektasi investor untuk satu kali pemangkasan suku bunga.
Tidak ada satu pun pembuat kebijakan yang berpendapat tingkat suku bunga yang lebih rendah akan sesuai untuk diterapkan pada tahun depan.
Ini menjadi tanda optimisme The Fed setelah mengalami tahun bergejolak dengan meningkatnya risiko resesi, inversi kurva imbal hasil obligasi AS, dan kebijakan perdagangan yang mengganggu pasar.
Meski demikian, The Fed mencatat bahwa risiko global tetap perlu untuk dipantau di tengah perang perdagangan AS-China yang masih tengah berlangsung dan inflasi yang rendah.
Secara keseluruhan, pembuat kebijakan melihat tingkat pengangguran, yang saat ini mencapai 3,5 persen, tetap di bawah perkiraan level berkelanjutan dalam jangka panjang untuk tiga tahun ke depan bahkan ketika sebagian besar memperkirakan inflasi pada saat itu akan berakhir pada, atau hanya sedikit di atas target 2 persen yang dipatok The Fed.
“Saya pikir kita telah belajar bahwa tingkat pengangguran dapat tetap pada level yang cukup rendah untuk periode lama tanpa tekanan kenaikan inflasi yang tidak beralasan,” ujar Powell.
Dibandingkan dengan tahun 1990-an, lanjut Powell, ketika The Fed memangkas suku bunga sebagai jaminan terhadap resesi dan kemudian menaikkannya lagi untuk mencegah ketatnya pasar tenaga kerja yang memicu kenaikan harga yang tidak diinginkan, kebutuhan untuk kenaikan suku bunga dewasa ini berkurang.
Proyeksi menunjukkan para pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga akan tetap akomodatif yaitu di bawah 2,5 persen yang mereka perkirakan tidak menstimulasi ataupun membatasi pertumbuhan ekonomi hingga setidaknya 2022.