Bisnis.com, JAKARTA – Paul Volcker, mantan Gubernur Federal Reserve Amerika Serikat (AS) yang dikenal karena perjuangannya melawan inflasi pada akhir 1970-an dan awal 1980-an, telah menghembuskan napas terakhirnya.
Menurut pihak keluarga, Volcker meninggal dunia di kediamannya di New York pada Minggu (8/12/2019) waktu setempat. Pergulatan Volcker dengan komplikasi terkait kanker prostat pun berakhir di usia 92 tahun.
Ia pertama kali ditunjuk untuk menduduki kursi kepemimpinan bank sentral AS tersebut oleh Presiden Jimmy Carter pada Agustus 1979.
Meski Carter tak mampu melanjutkan pemerintahannya untuk periode kedua, Volcker tetap dipercaya menjabat sebagai Gubernur The Fed hingga tahun 1987 di bawah pemerintahan Presiden Ronald Reagan.
Di usia senjanya, lebih dari 20 tahun pascakrisis keuangan, ia kembali mengabdi untuk Amerika Serikat dengan bertindak sebagai penasihat ekonomi Presiden Barack Obama selama masa awal pemerintahannya.
Baca Juga
“Paul A. Volcker adalah tokoh besar di antara para pengabdi publik Amerika. Dia adalah orang yang sangat berani dan berintegritas yang melakukan sebagian besar kehidupan bekerjanya untuk kepentingan publik,” ujar Thomas Ross, Presiden kelompok advokasi Volcker Alliance, seperti dilansir melalui CNN.
Ketika berlaku sebagai Gubernur The Fed pada 1979, Amerika Serikat tengah dalam cengkeraman inflasi yang tinggi. Selama bulan pertama ia menjabat, tingkat inflasi naik 11,8 persen dari tahun sebelumnya.
Demi menekan harga, The Fed, di bawah komando Volcker, menaikkan suku bunga ke level yang belum pernah disentuh sebelumnya. Pada Juli 1981, Fed Funds Rate (FFR) efektif telah mencapai 22,36 persen.
Kebijakan Volcker dengan suku bunga yang tinggi ini menjerumuskan Negeri Paman Sam ke dalam serangkaian resesi. Kondisi tersebut disinyalir membantu menyebabkan Carter gagal melanjutkan masa pemerintahannya yang kedua.
Pada akhir 1982, pengangguran mencapai level 10,8 persen, lebih tinggi daripada yang dicapai selama era Great Recession 2007 hingga 2009.
Namun upaya Volcker melawan inflasi terbukti berhasil. Kondisi ekonomi AS kemudian berangsur membaik. Tingkat kenaikan harga tahunan turun menjadi 1,2 persen pada akhir 1986, tak lama sebelum ia mengakhiri jabatannya sebagai Gubernur The Fed.
Selain suatu periode yang singkat pada tahun 1990, inflasi keseluruhan belum mencapai 6 persen sepeninggal Volcker.
Tak berhenti di situ, selama menyumbangkan pemikirannya dalam pemerintahan Obama, ia membantu menyusun apa yang kemudian dikenal sebagai "Peraturan Volcker" alias Volcker Rule. Peraturan ini membatasi perdagangan yang bisa dilakukan bank-bank dengan akun milik mereka sendiri.
Dalam suatu konferensi pers pada Januari 2010, Obama mengumumkan dukungannya terhadap peraturan ini dan menegaskan bahwa reformasi baru harus melarang perdagangan eksklusif. Kabarnya, Obama-lah yang memutuskan mengabadikan nama Volcker untuk peraturan ini.
Peraturan Volcker kemudian disahkan sebagai bagian dari undang-undang reformasi Wall Street, meskipun tetap menjadi salah satu yang paling diperdebatkan oleh banyak bank dan kubu Republik.
Gajah mati meninggalkan gading. Begitulah mungkin pepatah yang cocok menggambarkan sosok Volcker. Ia tak hanya mencetak jejaknya yang luar biasa pada ekonomi AS tetapi juga meninggalkan kesan mendalam bagi penggantinya.
"Dia mempersonifikasikan ide untuk melakukan sesuatu yang tidak populer secara politis tetapi secara ekonomi diperlukan," ujar Ben Bernanke, yang menjabat sebagai Gubernur The Fed dari 2006 hingga 2014.
Janet Yellen, yang bertindak sebagai Gubernur The Fed sepanjang 2014-2018, menggambarkan kesan yang terdengar lebih personal.
"Paul Volcker adalah inspirasi bagi saya dan semua orang di Federal Reserve. Dia mewujudkan nilai-nilai yang kami pegang,” ungkap Yellen.
“[Nilai-nilai itu] pengabdian kepada pelayanan publik, keberanian untuk melakukan hal yang benar, meksipun sangat tidak populer, komitmen terhadap regulasi yang kuat dan efektif dari sistem perbankan, serta standar etika tertinggi,” tambah Yellen.
Yellen mengatakan masyarakat Amerika harus berterima kasih kepada Volcker karena stabilitas ekonomi dan inflasi yang rendah.
Hingga beberapa saat sebelum wafat, Volcker diketahui masih aktif menyuarakan pandangannya di depan publik. Dia, bersama tiga mantan Gubernur The Fed yang lain, yakni Alan Greenspan, Bernanke, dan Yellen, pernah menuliskan kolom opini di Wall Street Journal.
Dalam kolom edisi bulan Agustus itu, mereka memperingatkan risiko atas campur tangan Presiden Donald Trump terhadap kebijakan The Fed di bawah kepemimpinan Jerome Powell. Menurut mereka, erosi independensi bank sentral akan merusak pasar keuangan dan perekonomian.
"Hidupnya mencontohkan cita-cita tertinggi yakni integritas, keberanian, dan komitmen untuk melakukan apa yang terbaik bagi semua warga Amerika,” ucap Gubernur The Fed Jerome Powell.
“Kontribusinya bagi bangsa ini meninggalkan warisan yang abadi. Seluruh rekan dan saya sendiri di Federal Reserve berduka atas kepergiannya,” tutur Powell.