Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Sebut Impor Pangan Akibat Kinerja Menteri Pertanian yang Buruk

Faisal menyebutkan, peran Menteri Pertanian dalam pengurangan defisit pangan amat besar. Namun, menurutnya, performa Menteri Pertanian Kabinet Kerja Periode 2014 - 2019 Amran Sulaiman buruk. Hal tersebut terlihat dari kian membengkaknya defisit pangan sejak Amran menjabat hingga digantikan oleh Syahrul Yasin Limpo.
Data impor pangan Indonesia/APTINDO - Franciscus Welirang
Data impor pangan Indonesia/APTINDO - Franciscus Welirang

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit pangan yang terus melanda Indonesia disebabkan oleh kinerja Menteri Pertanian yang amat buruk.

Hal ini diungkapkan oleh ekonom senior Indef Faisal Basri saat ditemui di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta pada Selasa (10/12/2019).

Ia mengatakan, kondisi defisit pangan Indonesia semakin buruk dari tahun ke tahun sejak 2015. Padahal, Indonesia merupakan negara tropis yang dapat menghasilkan sumber pangan yang melimpah.

Faisal menyebutkan, peran Menteri Pertanian dalam pengurangan defisit pangan amat besar. Namun, menurutnya, performa Menteri Pertanian Kabinet Kerja Periode 2014 - 2019 Amran Sulaiman buruk. Hal tersebut terlihat dari kian membengkaknya defisit pangan sejak Amran menjabat hingga digantikan oleh Syahrul Yasin Limpo.

"[Kinerja] Menteri Pertanian kemarin itu buruk sekali. Semoga yang sekarang lebih baik," katanya.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia sepanjang 2018 mengalami defisit pembayaran dari produk pangan sebesar US$3,3 miliar. Angka defisit ini sekaligus menjadi yang terbesar sejak 7 tahun terakhir.

Kondisi ini ditunjang oleh tingginya posisi impor beras Indonesia. Pada 2018, impor beras mencapai 2,3 juta ton atau 716 kali lipat dari volume ekspor. Adapun volume ekspor hanya 3.212.721 kilogram atau 3.212,7 ton.

Celah defisit sebenarnya sudah dapat ditekan pemerintah pada 2015. Kala itu, defisit pangan berkurang dari US$2,5 miliar menjadi US$0,6 miliar. Namun pada tahun-tahun setelahnya, kondisi defisit pangan kembali membengkak, yakni mencapai US$2,1 miliar pada 2016 dan US$1,9 miliar pada 2017.

Adapun peringkat Indonesia dalam Global Food Security Index pada 2018 berada pada posisi ke-65 dengan skor 54,8. Angka ini mengalami perbaikan bila dibandingkan dengan perolehan 2017 di mana Indonesia menempati peringkat 69 dengan perolehan nilai 51,3.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper