Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Teriak Krisis Garam, Keran Impor Bakal Dibuka?

Pengusaha garam menyambut positif rencana revisi larangan impor garam di tengah krisis garam
Pekerja tampak beraktivitas di sentra produksi PT Garam (Persero) /Dok. PT Garam
Pekerja tampak beraktivitas di sentra produksi PT Garam (Persero) /Dok. PT Garam

Bisnis.com, JAKARTA --- Pengusaha makanan mengeluhkan sulitnya mendapat garam. Di tengah kondisi tersebut, pemerintah memberikan sinyal membuka kembali keran impor dengan merivisi undang-undang. 

Aturan larangan impor garam semula tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 126/2022 tentang Percepatan Pembangunan Pergaraman Nasional yang membatasi aktivitas importasi produk garam, termasuk untuk industri aneka pangan, farmasi, hingga chlor alkali plant (CAP). 

Namun, sinyal pemberian relaksasi kuota impor garam untuk industri kian menguat. Hal ini membangkitkan kembali optimisme pelaku usaha aneka pangan untuk kembali berkontribusi besar pada kinerja industri pengolahan nonmigas. 

Sekjen Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Stefanus Indrayana mengatakan pihaknya mengapresiasi dan terus menantikan langkah pemerintah untuk mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku industri aneka pangan. 

"Kami percaya bahwa Pemerintah memperhatikan aspirasi Gapmmi agar  kekurangan garam industri aneka pangan yang memiliki standard spesifikasi tertentu ini dapat dipenuhi, sehingga produksi jalan terus dan mendukung pertumbuhan ekonomi," ujar Stefanus kepada Bisnis, Kamis (27/3/2025). 

Gapmmi mencatat beberapa perusahaan industri aneka pangan mengalami krisis kelangkaan garam industri yang disebabkan larangan impor garam yang berlaku awal tahun ini. 

Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman mengatakan hingga saat ini, stok garam industri aneka pangan yang tersedia hanya cukup untuk kebutuhan produksi hingga Maret 2025. Kondisi ini dapat mengancam kapasitas produksi perusahaan aneka pangan dan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan pasar. 

“Kami ingin mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan baku garam industri,” ujar Adhi. 

Padahal, bagi industri aneka pangan, garam industri merupakan bahan baku utama untuk memproduksi berbagai produk pangan olahan seperti seasoning, tepung bumbu, mi instan, snack, dan berbagai produk pangan olahan lainnya. 

Industri Teriak Krisis Garam, Keran Impor Bakal Dibuka?

Adhi menerangkan situasi tersebut dapat mengganggu operasional perusahaan, terutama di bulan Ramadhan menjelang perayaan Hari Raya Idulfitri. Apalagi, industri aneka pangan telah berkontribusi besar dalam PDB Nasional serta dalam menciptakan lapangan kerja bagi lebih dari 1,9 juta tenaga kerja pada 2023.  

"Pihak pemasok menginformasikan kepada anggota kami bahwa mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan garam karena adanya kendala dalam pengadaan garam industri,” tuturnya.  

Oleh karena itu, pelaku usaha aneka pangan mendesak pemerintah untuk segera menyelesaikan permasalahan ini sehingga penghentian produksi dan gangguan pasokan ke pasar dapat dihindari. 

“Ketidakpastian ketersediaan bahan baku ini sangat mengkhawatirkan bagi keberlangsungan industri kami,” tuturnya.  

Sebagai informasi, industri aneka pangan sudah mulai mengoptimalkan garam lokal sebanyak 600.000 ton. Kendati demikian, setelah dimanfaatkan, setidaknya 300.000 ton garam lokal tidak dapat dipakai oleh industri tersebut. 

Pasalnya, garam lokal yang digunakan itu dinilai tidak memenuhi spesifikasi industri lantaran kadar air yang masih tinggi, magnesium yang tinggi hingga menyebabkan penggumpalan. Alhasil, mutu standar dari produk tersebut tidak tercapai atau reject sehingga tidak dapat dijual.  

Produk reject yang dimaksud kebanyakan merupakan produk bumbu-bumbu untuk masak, mie instan, bumbu powder, dan sebagainya. Setidaknya ada empat perusahaan pengguna garam industri aneka pangan terbesar yang melaporkan tingkat reject produk yang cukup tinggi.  

"Itu rata-rata penggunaan mereka satu perusahaan bisa antara 50.000-80.000 ton per tahun. Mereka sudah trial order ke PT Garam, dan sudah diberikan yang terbaik oleh PT Garam, setelah dicoba tetap tidak bisa," jelas Adhi.

Polemik tersebut perlu segera dibenahi agar kinerja industri aneka pangan yang masuk dalam sektor makanan dan minuman tetap tumbuh positif. Sebagaimana diketahui, rata-rata selama 3 tahun industri mamin merupakan sektor strategis yang kinerjanya melesat di atas pertumbuhan ekonomi. 

Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) kinerja industri makanan dan minuman tumbuh 5,90% (year-on-year/yoy) pada 2024 atau naik dari tahun sebelumnya sebesar 4,47% yoy dan lebih tinggi dari tahun 2022 sebesar 4,90% yoy. 

Adapun, Gapmmi sempat menargetkan pertumbuhan industri mamin dapat kembali melesat ke angka lebih dari 6% pada tahun ini. 

Lampu hijau KKP ...

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper