Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kecelakaan Kapal Niaga Merebak, Menhub Siapkan 2 Skenario Kebijakan

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan faktor keselamatan dalam transportasi laut dimulai dari pelabuhan, yakni penerbitan surat perintah berlayar (SPB).
Kapal tenggelam/Ilustrasi-Antara
Kapal tenggelam/Ilustrasi-Antara

Bisnis.com, LONDON - Kementerian Perhubungan mengkaji dua skenario untuk membenahi penerbitan surat perintah berlayar guna meningkatkan aspek keselamatan transportasi laut di Tanah Air.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan faktor keselamatan dalam transportasi laut dimulai dari pelabuhan, yakni penerbitan surat perintah berlayar (SPB). Saat ini, kewenangan untuk menerbitkan surat itu ada di tangan badan usaha pelabuhan khusus untuk terminal khusus.

"Tapi memang jujur, tersus [terminal khusus] kita itu banyak sekali dan dikelola oleh banyak pihak," ucapnya di sela-sela menghadiri Sidang Majelis International Maritime Organization (IMO) ke-31 di London, Inggris, Rabu (27/11/2019).

Budi menuturkan Kemenhub sedang mengkaji opsi untuk melakukan konsolidasi terhadap terminal-terminal khusus di seluruh Indonesia. Konsolidasi yang dimaksud ialah dengan membentuk kluster sehingga tersus bisa bertransformasi menjadi BUP dan Kemenhub bisa menempatkan orang di sana.

Opsi kedua, lanjutnya, tersus harus diawasi oleh pihak ketiga yang independen, misalnya PT Surveyor Indonesia yang akan melakukan inspeksi sehingga praktik penerbitan surat perintah berjalan sesuai dengan regulasi pemerintah.

Dalam forum IMO, topik soal keselamatan aktivitas pelayaran dan maritim juga menjadi sorotan di samping isu soal teknologi dan lingkungan.

Terkait dengan aspek keselamatan, keamanan pelayaran, dan perlindungan maritim, Indonesia juga telah mengoptimalkan pemanfaatan Marine Electronic Highway (MEH) di Selat Malaka dan Selat Singapura.

Marine Electronic Highway (MEH) Demonstration Project adalah salah satu project yang dilaksanakan atas kerja sama antara tiga negara pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dengan World Bank, International Maritime Organization (IMO), International Hydrographic Organization (IHO), the International Association of Independent Tanker Owners (INTERTANKO) dan the International Chamber of Shipping (ICS).

Pemanfaatan MEH dilakukan melalui penyediaan data arus, pasang surut dan angin (current, tide and wind data), serta pelayanan terkait lainnya.
 
MEH Data Centre berlokasi di Batam, sedangkan data-data berasal dari sensor station yang tersebar di tiga negara pantai di Selat Malaka dan Selat Singapura.  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Hendra Wibawa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper