Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo dan sejumlah menterinya seperti Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi akan meninjau langsung progres pembangunan Pelabuhan Patimban, Subang pada Jumat (29/11/2019).
"Besok pagi, Presiden Jokowi beserta Menteri Perhubungan akan melakukan tinjauan langsung ke Pelabuhan Patimban. Presiden akan meninjau sejauh mana progres pembangunan pelabuhan ini," kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub Hengki Angkasawan pada Kamis (28/11/2019).
Dia menuturkan pelabuhan Patimban merupakan proyek strategis nasional yang pengerjaannya bekerjasama dengan Jepang. Pembangunan pelabuhan ini dilakukan untuk memperbaiki kinerja logistik dan investasi, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Rencananya, soft opening operasional Pelabuhan Patimban akan dilakukan pada bulan 2020.
Dalam soft opening operasional tersebut akan ada pengoperasian car terminal atau atau terminal untuk bongkar muat kendaraan dan terminal petikemas, yang merupakan bagian dari pembangunan pelabuhan tahap I yang terdiri dari 2 fase.
Secara keseluruhan, pembangunan tahap I fase 2 dijadwalkan rampung akhir 2020.
Baca Juga
Pembangunan Pelabuhan Patimban dilakukan secara bertahap, yakni dimulai pada 2018, dan ditargetkan selesai seluruhnya pada 2027.
Pembangunan pelabuhan tersebut dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama, Pelabuhan Patimban direncanakan akan dapat melayani 3,5 juta peti kemas (TEUS) dan 382.000 kendaraan bermotor (CBU) per tahun.
Tahap kedua, kapasitas pelayanan akan meningkat menjadi 5,5 juta TEUS, dan pada tahap ketiga akan meningkat hingga 7,5 juta Teus.
Kehadiran Car Terminal di Pelabuhan Patimban ini diharapkan dapat mengurangi kepadatan lalu lintas, khususnya untuk ekspor-impor kendaraan di Pelabuhan Tanjung Priok.
Selama ini, kendaraan berat termasuk angkutan ekspor-impor kendaraan berkontribusi terhadap kemacetan lalu lintas, khususnya ruas Bekasi-Tanjung Priok, Jakarta.
Kemudian, pemerintah berharap biaya logistik dapat berkurang dengan beroperasinya pelabuhan ini secara keseluruhan karena dekat dengan pusat produksi.
"Memperkuat ketahanan ekonomi, mengurangi tingkat kepadatan lalu lintas [ekspor-impor] kendaraan di Tanjung Priok di Jakarta dengan pembagian arus lalu lintas kendaraan, serta menjamin keselamatan pelayaran termasuk area eksplorasi minyak dan gas," katanya.