Bisnis.com, JAKARTA – Besarnya penduduk Indonesia menjadi peluang pasar menjanjikan bagi produk diaper. Namun, persaingan yang kian ketat membuat perusahaan popok harus pandai bermain strategi. Untuk mengetahui perkembangan di sektor diaper, Bisnis.com berkesempatan mewawancarai CEO PT Rejeki Putra Putri Eliman Oto Gunasis. Berikut petikannya.
Bagaimana awal mula berdirinya perusahaan ini?
Pada 1999, saya dapat keagenan untuk memasok salah satu komponen bahan baku diaper. Waktu itu, dapat tugas untuk mencari buyer di Indonesia. Namun, saat itu hanya dapat satu pabrik di Indonesia yang berminat. Akhirnya, kami putuskan jualan diapernya saja, tidak usah jual bahan baku. Kemudian kami mulai impor produk jadi saja sejak 2000. Pada saat itu, kami berjalan dengan bendera PT Arkstarindo Artha Makmur. Produk pertama yang diimpor itu diaper bayi. Pada 2003 masuk ke diaper dewasa.
Pada 2003, sebenarnya saya sudah diajak pemasok dari luar negeri itu untuk membuat manufaktur, tetapi saya tolak. Waktu itu pertimbangannya lebih kepada persoalan sulitnya mengurus perburuhan dan bayang-bayang free trade agreement (FTA) pada 2004.
Kalau FTA, dulu gambarannya barang-barang di Asean ini bisa keluar masuk antarnegara dengan bebas dan gampang. Jadi, kami berprinsip, partner kami saja yang produksi dan kami yang dagang di sini.
Dulu saya impor dari Malaysia, Vietnam, Jerman dan belakangan baru dari China. Seiring dengan itu, lama-lama volume saya juga semakin besar, tetapi impor juga tetap susah, padahal sudah FTA.
Pada 2010 akhirnya saya putuskan membuat manufaktur saja. Meskipun telah memasuki implementasi FTA, yakni bayangan keluar masuk barang itu gampang, ternyata tidak seperti kenyataannya karena tetap saja susah.
Kapan pabrik Anda mulai berdiri?
Pada 2011 kami mulai pembangunan pabrik di Sentul. Namun, karena untuk memenuhi ketentuan Kemenkumham dan Kemendag, bahwa apabila dari awalnya importir dan ingin masuk pada bisnis manufaktur, kami harus membuat nama perusahaan baru, sehingga lahirlah PT Rejeki Putra Putri Eliman.
Pada 2013, kami mulai memproduksi komersial sampai hari ini. Jadi, kami sekarang sudah produksi sendiri untuk diaper yang dulunya saya impor, sekarang 100% produksi dalam negeri.
Kalau boleh dibilang, kami salah satu pionir produksi diaper tipe celana. Di Asean ini setahu saya, hanya ada tiga pabrik yang bisa produksi tipe celana ini dan salah satunya kami.
Berapa besar luas pabrik dan kapasitas produksinya saat ini?
Luasan pabriknya saat ini sekitar 1,3 hektare (ha) dan akan masuk ke plant dua terpisah, jadi kalau plus gudang ditotal sekitar 2 ha. Kapasitas produksi sudah jutaan pieces, agak lupa saya. Alhamdulillah dari mesin terpasang, utilisasi saat ini untuk tipe perekat sudah hampir 80%, jadi masih bisa terima orderan. Kebetulan kami dapat market juga untuk ekspor ke Korea. Jadi, dari semula ada kelonggaran, sekarang harus berproduksi 24 jam selama seminggu.
Mengapa memilih berbisnis diaper?
Dulu saya bergerak di bidang supplier bahan baku, dan pada waktu itu pabrik di Indonesia yang ambil hanya satu. Sementara itu, penduduk di Indonesia yang hampir sekitar 240 juta jiwa ini merupakan potensi pasar yang besar, hingga akhirnya kami masuk ke perdagangan dan industrinya juga.