Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK MAKANAN : Kepedulian untuk Berbagi

Mungkin saja hampir sebagian besar orang di Indonesia saat ini juga mengabaikan pentingnya mengonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan. Namun, tak ada sanksi berupa teguran bahkan mungkin denda terhadap makanan yang tak habis dimakan di Indonesia.
Salah satu menu di Restoran Mangkok Ku/Instagram @mangkokku_id
Salah satu menu di Restoran Mangkok Ku/Instagram @mangkokku_id

Setiap Orang Indonesia Bisa Membuang 300 Kg Makanan

Sementara itu, salah satu organisasi lainnya yang mulai aktif bergerak di bidang bank makanan adalah Baznas. Baznas saat ini melakukan pilot project untuk menghadirkan bank makanan dengan menggandeng sejumlah perhotelan di Tanah Air.

“Salah satu yang menjadi pilot project adalah dengan Hotel Horison Group. Jadi, program ini, kami mengambil makanan berlebih dari hotel tersebut untuk kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan,” ujar Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan Baznas Irfan Syauqi Beik.

Irfan menegaskan pada tahun depan, kegiatan bank makanan tersebut akan dijadikan program skala nasional dan direplikasi di berbagai wilayah di Indonesia, seiring dengan besarnya dampak dari kegiatan tersebut.

“Kami melihat ada persoalan serius di Indonesia tentang perilaku konsumsi masyarakat dan tentang pemanfaatan sumber daya alam untuk pemenuhan kebutuhan pangan,” ujarnya.

Menurutnya, ada berbagai persoalan pangan di Indonesia seperti rawan gizi, rawan pangan, stunting, hingga konsumsi protein hewani masyarakat yang masih rendah. Pada saat yang sama, dia melihat adanya sebagian pihak yang membuang-buang makanan.

Jika dikalkulasi secara ekonomi, kerugian yang bisa dihitung dari makanan sisa hingga menjadi sampah makanan ini bisa mencapai sekitar Rp2 triliun per tahun.

Menurut Food Sustainability Index,pada 2017, ujarnya, setiap orang di Indonesia membuang sekitar 300 kg. Apabila dikalikan dengan jumlah penduduk Indonesia menjadi 87 ton sampah makanan.

“Dengan asumsi berat makanan 400 gram per porsi dan harga Rp10.000, maka secara keseluruhan uang yang dibuang percuma senilai lebih dari Rp2 triliun per tahun,” ujarnya.

“Kondisi ini sangat paradoks. Sisa makanan yang terbuang sebenarnya bisa untuk memberi makan hingga 28 juta orang Indonesia lainnya. Paradoks ini harus dihentikan,” tegasnya.

UBAH MINDSET

Irfan mengatakan mindset masyarakat harus segera diubah agar lebih bertanggung jawab dalam setiap aktivitas konsumsi di antaranya dengan menggelorakan bank makanan.

“Namun, ini juga bukan soal pemanfaatan makanan berlebih saja, ini juga perubahan perilaku. Secara makro, apabila perilaku kita bisa diubah, sumber daya pangan kita juga akan lebih efisien,” tegasnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Astrid Paramita, Co-Founder Yayasan Food Cycle Indonesia. Menurutnya, meskipun sekarang sudah mulai banyak orang yang peduli untuk menghubungkan pihak yang berlebihan makanan dengan yang berkebutuhan, hal itu bukan inti persoalannya.

“Kita harus terus membangun awareness masyarakat melalui berbagai cara, meskipun sejumlah tantangan pasti ada,” ujarnya.

Demikian juga dikatakan Wida Septarina, Ketua Yayasan Lumbung Pangan Indonesia. Perubahan perilaku untuk lebih menghargai makanan tersebut bahkan harus dibangun oleh orang tua kepada anak-anaknya sejak dini.

Pasalnya, dirinya melihat banyak orang tua yang mulai acuh dalam memberikan pendidikan yang baik dan benar kepada anak mereka dalam hal menghargai makanan.

“Kami dahulu masih sering dimarahi ibu kalau makan tidak habis, dan ditakut-takuti ayamnya akan mati kalau makannya tidak habis. Kalau sekarang, saya perhatikan di beberapa restoran, banyak orang tua membiarkan saja anaknya menyisakan makanan,” terangnya.

Menurutnya, orang tua bisa memulai mengajari anak-anaknya dengan memberitahukan bahwa satu butir beras itu sangat berharga. Bisa dikisahkan perjalannya hingga bisa menjadi sebutir nasi.

Menurut falsafah hidup orang Jawa, yen mangan kudu dientekne, nek ora entek mengko pitike mati (kalau makan harus dihabiskan, kalau tidak habis, nanti ayam akan mati), yang dulu sering dikatakan orang tua, kiranya perlu untuk terus digaungkan.

Agar generasi mendatang dapat selalu mengingat bahwa di dalam kalimat tersebut terdapat makna yang mendalam mengenai penghormatan kepada makanan itu sendiri dan kepada banyak pihak yang turut andil terhadap hadirnya makanan tersebut di meja makan.

Oleh karenanya, alangkah bijak bila kita tidak menyia-nyiakan makanan, karena sisa dari makanan yang kita buang, bisa jadi sangat berharga bagi mereka yang kekurangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hendra Wibawa
Sumber : Bisnis Indonesia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper