Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Pertamina Power Indonesia (PPI), anak usaha PT Pertamina (Persero), Ginanjar dicopot dari jabatannya di tengah proyek pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Jawa-1 yang masih berjalan dan ditargetkan selesai pada 2021.
Adapun surat pencopotan Ginanjar sudah diteken direksi Pertamina. Proses serah terima jabatan pun akan segera dilaksanakan.
Pencopotan tersebut disebut akibat perseteruan yang terjadi antara pihak PPI, khususnya Ginanjar sebagai Dirut, dan Marubeni terkait etika bisnis. "Ada beberapa hal seperti isu penggunaan TKDN, lalu penggantian operator FSRU dari Exmar asal Belgia ke perusahaan Jepang lain, yaitu MOL [Mitsui O.S.K. Lines] yang diinisiasi oleh Marubeni. Ada juga masalah efisiensi. Marubeni dan Sojitz boros. Ini yang bikin Ginanjar marah," tutur sumber Bisnis yang mengetahui keputusan pencopotan tersebut.
Ketika dikonfirmasi, Ginanjar enggan berbicara banyak terkait pencopotannya tersebut. "Soal pemberhentian semuanya wewenang dari direksi. Saya gak bisa bicara banyak," katanya kepada Bisnis, Jumat (1/11/2019).
Namun, dia menjelaskan proyek tersebut sejauh ini berjalan sesuai target dan telah mencapai 30%. Bahkan, progresnya sempat melebihi target. Adapun biaya investasi yang sudah dikeluarkan mencapai US$275 juta.
Pengerjaan PLTGU Jawa-1 dilakukan oleh PT Jawa Satu Power yang merupakan perusahaan konsorsium dari PPI, Marubeni Corporation, Sojitz Corporation. Sementara untuk pembangunan konstruksi dipercayakan kepada General Electric (GE), Samsung C&T (Samsung), dan PT Meindo Elang Indah (Meindo), termasuk pemeliharaan pembangkit listrik selama 25 tahun.
PLTGU Jawa-1 tersebut akan terintegrasi dengan fasilitas regasifikasi terapung floating storage regasification unit/FSRU yang pembangunannya telah dimulai di galangan kapal Samsung Heavy Industries Busan di Korea Selatan.
Dari total investasi proyek PLTGU Jawa 1 yang mencapai US$1,8 miliar, sekitar US$300 juta-US$400 juta di antaranya untuk FSRU.