Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prevalensi Stunting Ditargetkan Turun Jadi 19% pada 2024

Kementerian kesehatan menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga akhir 2019 bisa mencapai 20%. Artinya, dari 5 orang balita hanya 1 yang terkena stunting.

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian kesehatan menargetkan penurunan prevalensi stunting hingga akhir 2019 bisa mencapai 20%. Artinya, dari 5 orang balita hanya 1 yang terkena stunting.

Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes, Eni Gustina mengatakan hingga saat ini jumlah angka stunting sudah menurun hingga 27,67% dibandingkan dengan tahun lalu dengan angka prevalensi stunting yang mencapai 30,8%, 1 dari 3 orang balita rentan terkena stunting.

Eni menuturkan angka penurunan prevalensi stunting dalam lima tahun kedepan atau pada 2024 ditargetkan bisa mencapai 19%.

“Kami untuk 2020 tidak ada, tapi untuk 2024 kami targetkan bisa turun jadi 19%,” kata Eni kepada Bisnis.com, Selasa (29/10/2019).

Eni menuturkan untuk tahun depan pihaknya menyiapkan alokasi anggaran Rp750 juta melalui DAK non fisik atau operasional kesehatan untuk kebupaten/kota.

“Stunting kan sudah jelas ada intervensi spesifik dan sensitifnya. Yang jelas itu mesti konvergensi melibatkan 17 kementerian dan lembaga, begitu pun dengan anggara untuk stunting itu sendiri.”

Menurutnya sebagian besar masalah stunting disebabkan karena ketersediaan bahan pangan dan juga pengetahuan serta lingkungan sekitar. Namun dari semua penyebab itu, masalah ketersediaan bahan pangan yang mendominasi.

“Apalagi di daerah terpencil, itu kan stok pangannya sulit. Jadi perlu peran kementerian lain seperti kemenhub dan kemenPUPR untuk infrastruktur dan logistiknya. Kemudian kementan untuk stok pangannya.”

Sementara itu, Ketua Ikatan Dokter Indonesia Daeng M. Faqih menuturkan ada dua penyebab kasus stunting di Indonesia tinggi.Pertama, pola asuh orang tua yang salah mengenai asupan gizi. Kedua, terkait kondisi perekonomian orang tua yang masuk dalam kategori miskin. Saat ini, kasus stunting sendiri paling banyak dijumpai di wilayah Indonesia bagian timur.

“Artinya stunting itu masalah SDM Indonesia, kalau angka stunting tinggi, kita mewariskan generasi muda yang menjadi beban, bukan yang membangun bangsa,” katanya.

Sebab itu, IDI mendorong pemerintah bisa lebih gencar mengintervensi pola asuh asupan gizi orang tua kepada anak. Tak hanya itu,  intervensi kepada anak yang tumbuh remaja, saat akan menikah, dan akan melahirkan juga perlu dilakukan. “Pola asuh itu penting, disitulah makna srategisnya. Upaya pencegahan  sebenarnya yang paling murah. Kalau sudah lahir stunting susah sekali menanganinya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper