Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laporan Investigasi Jatuhnya Lion Air JT 610 Terungkap, Ada Cacat Desain

Melalui laporan investigasi final mengenai jatuhnya pesawat Lion Air 737 MAX pada Oktober 2018, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengkritik desain pesawat produksi Boeing tersebut.
Lion Air Boeing 737-900 diparkir di bandara Denpasar di Bali 14 Agustus 2017./REUTERS-Thomas White
Lion Air Boeing 737-900 diparkir di bandara Denpasar di Bali 14 Agustus 2017./REUTERS-Thomas White

Bisnis.com, JAKARTA – Melalui laporan investigasi final mengenai jatuhnya pesawat Lion Air 737 MAX pada Oktober 2018, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengkritik desain pesawat produksi Boeing tersebut.

Menurut salinan laporan yang diterima Reuters, KNKT menyerukan sistem kokpit Boeing yang lebih baik dan pengawasan oleh regulator Amerika Serikat (AS), serta membuat rekomendasi kepada Boeing, Lion Air, dan Federal Aviation Administration (FAA).

Cacat desain diketahui menjadi salah satu faktor yang menyebabkan jatuhnya pesawat Lion Air 737 MAX nomor penerbangan JT 610 ke perairan Laut Jawa pada 29 Oktober 2018, selain faktor human error.

Berselang hanya kurang dari lima bulan setelahnya, pesawat dengan model serupa yang dioperasikan Ethiopian Airlines jatuh.

Dua insiden yang mematikan seluruh penumpangnya ini serta merta menyulut keresahan global. Larangan operasional untuk pesawat Boeing 737 MAX diberlakukan negara-negara di penjuru dunia.

Dalam laporan itu, KNKT mengkritik desain sistem anti-stall yang dikenal sebagai MCAS. Sistem ini secara otomatis mendorong hidung pesawat ke bawah sehingga harus membuat pilot berjuang keras untuk dapat mengendalikan pesawat.

Selama penerbangan, kolom kontrol berada dalam kekacauan sehingga diperlukan daya sebesar 103 pound untuk melawan sistem otomatis tersebut.

“Desain dan sertifikasi MCAS tidak cukup mempertimbangkan kemungkinan hilangnya kendali pesawat,” papar laporan KNKT, seperti dilansir melalui Reuters (Jumat, 24/10/2019).

Laporan tersebut mengungkapkan bahwa kelemahan dalam komunikasi kru pesawat dan kontrol manual pesawat turut berkontribusi terhadap kecelakaan itu.

Selama penerbangan, co-pilot tidak mampu dengan cepat mengidentifikasi daftar dalam buku panduan ataupun melakukan tindakan yang seharusnya sudah dia hafal. Co-pilot pesawat juga disebutkan memiliki catatan yang buruk dalam pelatihan.

“Kapten pesawat tidak menyampaikan instruksi dengan tepat kepada co-pilot ketika menyerahkan kendali tepat sebelum pesawat memasuki tahap menukik dengan fatal,” lanjut laporan itu.

Menurut rekaman suara kokpit, co-pilot mengatakan kepada kapten bahwa penerbangan itu pada awalnya tidak ada dalam jadwalnya. Ia kemudian diberitahu soal adanya revisi jadwal. Rekaman kokpit juga memperdengarkan perkataan kapten pesawat bahwa dia terserang flu.

Laporan yang sama menuturkan bahwa sebuah sensor kritis yang menyediakan data ke sistem anti-stall telah mengalami salah perhitungan oleh bengkel di Florida dan ada indikasi kuat bahwa sistem ini tidak diuji selama instalasi oleh staf perawatan Lion Air.

Lion Air disebut seharusnya tidak lagi menerbangkan pesawat tersebut karena kesalahan pada penerbangan-penerbangan sebelumnya. Sebanyak 31 halaman terungkap telah hilang dari log maintenance Lion Air pada Oktober tahun itu.

Sementara itu, baik pihak Lion Air, Boeing, dan FAA menolak untuk berkomentar sebelum laporan investigasi dirilis secara resmi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper