Bisnis.com, JAKARTA – Industri elektronika nasional dinilai masih memiliki peluang bertumbuh pada tahun depan di tengah ketidakpastian global dan prediksi resesi.
Ketua Bidang Home Appliance Gabungan Pengusaha Elektronik (Gabel) Daniel Suhardiman mengatakan perang dagang antara Amerika Serikat dan China memang menjadi faktor yang memengaruhi pertumbuhan industri elektronika dalam negeri.
Kendati begitu, eskalasi ketegangan perdagangan antarnegara itu juga tetap menghadirkan peluang bagi ekspor produk elektronika asal Indonesia.
“Perang dagang membuat barang-barang [elektronik] China itu diberi tarif tinggi, sehingga terjadi relokasi ke Vietnam. Sepertinya AS juga sudah melihat Vietnam sebagai bagian dari China, sehingga ada oppurtunity untuk Indonesia,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (21/10).
Daniel, yang juga menjabat sebagai Direktur PT Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI), menjelaskan adanya potensi resesi ekonomi global pun tidak menjadi soal bagi pelaku usaha dalam negeri. Pasalnya, pasar Indonesia masih sangat besar untuk digarap.
Apalagi, jelasnya, potensi resesi global tidak menjadi situasi baru bagi produsen elektronika. “Itu seperti tren 10 tahunan dan saya pikir, pelaku di sini sudah biasa dengan itu. Bedanya, kami [produsen lokal] punya pasar dengan demand besar,” ujarnya.
Menurutnya, pasar produk home appliance masih akan terus bertumbuh, baik didukung oleh pembeli baru maupun pembelian berulang atau replacement.
Peluncuran produk baru, jelasnya, memang menjadi pilihan bagi pelaku usaha untuk bersaing dan menjaga pangsa pasarnya. Inovasi, sambung dia, menjadi kunci bagi pelaku usaha untuk terus meningkatkan pangsa pasar.
“Pasar dalam negeri masih ada, tinggal persaingan saja. Bukan solah harga, tetapi mesti ada inovasi, seperti yang didorong pemerintah, persaingan dari sisi inovasi, safety, dan kualitas.”
Sementara itu, Direktur Industri Elektronika dan Telematika Kementerian Perindustrian Janu Suryanto juga mengakui bahwa potensi resesi akibat perang dagang global masih akan membuka celah bagi ekspor produk elektronika nasional. Menurutnya, impor produk AS mencapai US$150 miliar.
Padahal, ekspor produk Indonesia ke Negeri Paman Sam baru mencapai US$1 miliar atau meningkat sekitar 10 persen. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian menegaskan bakal berfokus mendorong industri elektronika agar mampu memacu ekspor, ke AS dan sejumlah negara lainnya.
“Kami sedang upayakan untuk ditingkatkan. Kami diversifikasi ke Amerika juga, ke Afrika dan juga Australia,” jelasnya.
Janu mengatakan Kemenperin juga baru-baru ini melakukan pameran produk elektronika di Jakarta. Pihaknya aktif menyebarkan direktori peserta pameran ke atase perdagangan untuk dipromosikan lebih lanjut ke importir negara-negara tujuan.
Dia mengakui ada tantangan terkait standar produk elektronika yang beragam di berbagai negara. Kendati begitu, dia mengatakan pihaknya akan mencarikan solusi agar kendala itu bisa teratasi.
“Untuk standar, diupayakan laboratirium ujinya bisa di Indonesia untuk menekan biaya,” jelasnya.