Bisnis.com, JAKARTA — Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane sedang berdiskusi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait dengan penanganan Sungai Ciliwung karena normalisasi sungai yang telah dilakukan dinilai tidak efektif.
Pekan ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan bahwa proyek normalisasi Sungai Ciliwung yang dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya gagal. Pasalnya, beberapa bulan lalu kawasan Kampung Melayu kembali banjir. Padahal, normalisasi daerah tersebut dilakukan pada era Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama.
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung Cisadane Bambang Hidayah mengatakan bahwa manfaat normalisasi belum tampak karena target belum tercapai sehingga normalisasi ini masih tetap dibutuhkan.
"Lo, normalisasi tetap diperlukan untuk menampung dan mengalirkan air ke laut, tapi normalisasi yang tuntas tidak seperti sekarang, target 33,50 kilometer baru terealisasi 16 kilometer. Kalau normalisasinya tidak rampung ya, manfaatnya belum tampak," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/9/2019).
Meski begitu, Bambang menambahkan bahwa apa yang disampaikan Gubernur DKI Anies Baswedan itu benar adanya. Dalam menangani banjir di DKI tentunya faktor permasalahan yang ada akan menjadikan batas konstrain dalam membangun pengendalian banjir tersebut.
"Seperti kondisi Sungai Ciliwung yang mengalir dari hulu di Kabupaten Bogor, kondisi topografi kota DKI yang umumnya flat [datar] dan di beberapa titik terdapat cekungan-cekungan tanah atau elevasinya di bawah muka air laut, kondisi hunian atau permukiman di bantaran sungai. Kota DKI yang dekat laut yang mana dalam sehari semalam terjadi air pasang masuk ke darat melalui sungai," katanya.
Baca Juga
Oleh karena itu, solusi yang sedang dimatangkan adalah tetap dilakukannya normalisasi sungai, pembuatam sudetan Sungai Ciliwung ke Banjir Kanal Timur, pembuatan Bendungan Ciawi dan Sukamahi serta penataan situ situ pada Daerah Aliran Sungai Ciliwung.
Tahun depan, pihaknya, kata Bambang, juga menyiapkan program pembuatan stasiun pompa Sentiong Ancol sebesar 50 meter kubik per detik. "Seandainya tiba-tiba air laut naik dan air sungai tinggi karena hujan ya, kita gunakan pompa air banjir," ucapnya.