Bisnis.com, JAKARTA — Penebaran benih ikan patin diperkirakan anjlok seiring dengan kemarau panjang yang terjadi tahun ini.
Ketua Bidang Budidaya Patin Asosiasi Pengusaha Catfish Indonesia (APCI) Imza Hermawan mengatakan saat ini penebaran benih patin relatif turun akibat kemarau panjang.
“Penebaran benih menurun 30%- 40% di berbagai wilayah dan ini akan berdampak turunnya produksi patin setengah tahun ke depan karena benih perlu waktu sekitar 7 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (7/10/2019).
Di Tulungagung, Jawa Timur, misalnya, biasanya hasil budi daya patin berkisar 1.500 ton – 1.800 ton/bulan. Namun, karena kemarau yang mencapai puncak Agustus-September ini, produksi 7 bulan ke depan bisa menurun menjadi sekitar 1.100 ton – 1.300 ton/bulan.
Hal ini akibat dari menyusutnya air kolam di berbagai wilayah seperti di Jambi, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan. “Panennya kan setengah tahun sampai satu tahun ke depan,” imbuhnya.
Selain itu, kemarau juga berdampak terhadap harga hasil produksi patin. Pada awal musim kemarau, pembudidaya berusaha mengurangi stok patin di kolam untuk antisipasi berkurangnya air dan menjualnya ke pasar.
Awal musim kemarau tahun ini, harga berada di bawah Rp13.000/kg. Saat ini di Jawa Timur misalnya, harga patin dibandrol Rp14.500 kg—15.500/kg.
Jika harganya di bawah Rp13.000 tentu akan merugikan para petani. Imza menambahkan, yang harus punya antisipasi atau persiapan yang baik pada kemarau ini adalah industri patin fillet.
Menurutnya, di tengah fluktuasi stok, para industri patin fillet harus menjaga stok produksi. Salah satu caranya dengan membuat kerja sama dengan pembudidaya atau mengoptimalkan cold storage.