Bisnis.com, JAKARTA — Untuk mengembangkan kota pintar di Indonesia, masih banyak hal yang perlu diperhatikan, tak hanya dari sisi penerapan teknologi dalam segala aspek pengembangan, tetapi juga bagaimana menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
Untuk mewujudkannya, Indonesia bisa mencontoh dari Swedia yang sudah memulai upayanya menciptakan kota-kota pintar untuk memenuhi kebutuhan manusia akan penggunaan energi yang lebih efisien dan berkelanjutan tanpa menguras sumber daya alam.
Duta Besar Swedia untuk Indonesia Marina Berg mengatakan bahwa kini untuk menciptakan dan menerapkan kota pintar, kunci utamanya adalah kolaborasi triple helix atau gabungan antara kalangan akademik, bisnis, dan pemerintah.
“Banyaknya manusia yang tinggal di perkotaan dan perkembangan populasi masyarakat urban memberi tekanan besar bagi persediaan air dan pembuangan, yang kemudian menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan. Dengan kolaborasi triple helix, bisa menciptakan solusi seperti daur ulang pembuangan sehingga lebih bernilai ekonomis,” katanya dalam pembukaan Smart Cities for All di Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Pasalnya, sambung Berg, perkotaan hanya 3 persen mengisi daratan bumi, tetapi sudah menyumbang 75 persen emisi karbon dan 60 persen—80 persen konsumsi energi.
Oleh karena itu, diperlukan solusi yang lebih cerdas untuk membengun kota pintar yang nantinya juga bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga
Adapun, salah satu upaya lain yang masih dalam proses dilakukan di Swedia dalam mewujudkan kota pintar adalah menurunkan ketergantungannya pada konsumsi energi.
Kendati dengan adanya digitalisasi, ketergantungan terhadap listrik juga akan makin tinggi.
Perkotaan tanpa listrik akan membuat aktivitas di dalamnya terhenti, padahal ketergantungan pada listrik ini juga akan memberi dampak pada lingkungan kecuali bisa dipenuhi dengan menggunakan sumber-sumber energi terbarukan.
“Di Swedia yang sedang diupayakan adalah agar penggunaan energinya 100 persen dari energi terbarukan pada 2040. Hal ini memerlukan upaya besar. Hal ini pada intinya adalah bagaimana kita bisa melakukan perubahan perilaku penduduk secara masif terkait dengan penggunaan energinya,” kata Berg.
Berkaitan dengan teknologi, properti di Swedia, baik hunian maupun komersial sudah dilengkapi teknologi dan aplikasi untuk memastikan bahwa lampu mati ketika tidak digunakan atau temperatur juga bisa diatur otomatis ketika rumah sedang kosong.
Selain itu, ada pula sejumlah aturan terkait dengan penggunaan kendaraan listrik dan jadwal mencuci di saat listrik sedang dalam kondisi paling bersih dan paling murah. “Yang penting adalah inisiatif dari warganya sendiri,” kata Berg.