Bisnis.com, JAKARTA – Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan gencar memasarkan alat musik produksi lokal di pasar global, khususnya Eropa dan Amerika Serikat.
Bekraf mencatat industri musik baru berkontribusi sekitar 0,94 persen pada nilai produk domestik bruto (PDB) tahun lalu. Namun, pertumbuhan nilai ekspor alat musik stabil tumbuh pada level 5 persen sejak 2016.
Wakil Ketua Bekraf Ricky Joseph Pesik mengatakan ekspor alat musik pada semester I/2019 cukup bagus, khususnya ke Eropa. Ricky menduga hal tersebut disebabkan oleh partisipasi Indonesia pada pameran alat musik terbesar di Jerman yakni Musikmesse.
"Bekraf akan mempertahankan pavilion Indonesia di Musikmesse, bahkan akan mempertimbangkan [mengikuti pameran] di L.A. [Los Angeles, Amerika Serikat]," ujarnya kepada Bisnis, Senin (16/9/2019).
Ricky mengatakan peluang distribusi alat musik di pasar lokal maupun global terbuka lebar. Namun, Ricky berpendapat keahlian sumber daya industri alat musik belum dapat menjawab pertumbuhan permintaan eksponensial dalam waktu dekat.
Menurutnya, walaupun konsep orkestra menyerap jumlah alat musik yang banyak, serapan terbesar produk industri alat musik justru alat pendukung seperti selempang gitar.
Ricky mengatakan hal tersebut didorong oleh jumlah musisi hobi yang lebih banyak daripada musisi profesional. Maka dari itu, Ricky menyampaikan pihaknya juga akan memasarkan alat pendukung selain alat musik itu sendiri seperti amplifier, selempang, maupun speaker.
"Misalnya, satu biola ongkos produksinya US$200, produsen bisa jual US$2.500. Tapi, marketnya limited, distribusi pasarnya limited. Walaupun potensi ekspor tinggi, tetap saja jumlah serapan terbatas," katanya.