Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan revisi analisis mengenai dampak lingkungan (amdal) lapangan Banyu Urip akan disampaikan dalam 2 bulan ke depan.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan revisi amdal lapangan Banyu Urip diarahkan sebanyak 225.000 barel per hari (bph) - 230.000 bph. Adapun revisi amdal akan dievaluasi pada Oktober - November 2019.
"Iya, sekitar 225.000 - 230.000 bph. Kami harapkan semaksimal mungkin, mudah-mudahan [tercapai]," tuturnya, di kantor Kementerian ESDM, Senin (9/9/2019).
Revisi amdal lapangan Banyu Urip diperlukan untuk memenuhi syarat produksi hingga 230.000 bph. Sejauh ini, uji produksi (high rate test/HRT) yang dilakukan oleh Exxonmobil di lapangan Banyu Urip ditargetkan mencapai 235.000 bph. Saat ini, keberhasilan uji produksi telah berhasil mencapai 225.000 bph.
Tahun ini, target produksi siap jual (lifting) Exxonmobil dalam APBN 2019 sebesar 216.000 bph. Dengan permintaan SKK Migas untuk melakukan uji produksi, Exxonmobil mencatatkan kinerja di atas target tersebut.
Sebelumnya, Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan HRT tidak merusak reservoir yang ada. Menurutnya, uji produksi 235.000 bph akan disiapkan tahun depan sesuai kesepakatan dengan Exxonmobil.
“Tapi kalau mau naikan lagi 235.000 bph, bahkan juga dicoba 250.000, kita lagi bicara sama Exxonmobil. Tentu lihat keselamatan proses,” tambahnya.
Dalam melakukan HRT, SKK Migas mencanangkan target uji coba selama 6 bulan sejak Juni lalu. Dalam melakukan HRT, SKK Migas akan melihat kinerjanya berdasarkan satu musim kemarau dan satu musim hujan.
Hasil uji produksi ini yang akan menjadi dasar perubahan amdal lapangan Banyu Urip di blok Cepu.
Sementara itu, Vice President Public and Government Affairs Exxonmobil Indonesia Azi Alam belum dapat berkomentar terkait revisi amdal dengan produksi mencapai 230.000 bph.