Bisnis.com, SEMARANG – Prospek bisnis komoditas kopi masih sangat menjanjikan seiring dengan masih cukup tingginya gap antara permintaan dan produksi dunia.
Pakar agribisnis Universitas Dipenogoro Bambang Dwiloka menuturkan kebutuhan kopi dunia mencapai 10,5 juta ton per tahun, sedangkan produksi hanya 9,5 juta ton per tahun.
"Kalau di lihat dari gap tersebut, maka kita bisa lihat prospek pengembangan kopi ini terlihat masih sangat menjanjikan, khususnya bagi Indonesia yang produksinya belum sampai 1 juta ton per tahun," ungkapnya dalam acara Kafe BCA On The Road di Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu (7/9/2019).
Menurutnya, sinergi antara pelaku usaha di hulu hingga hilir perlu diperkuat untuk menjawab prospek bisnis kopi tersebut. "Kalau bisa tidak hanya mengejar kuantitas, tetapi juga kualitas agar setiap pelaku usahanya bisa berkelanjutan."
Bambang melanjutkan di Indonesia bisnis kopi saat ini memasuki tahun kedua puncak perkembangannya. Akan tetapi, dalam 3 tahun ke depan, animo masyarakat terhadap kopi berpotensi meredup.
“Pola konsumsi manusia memang seperti itu. Mereka akan menyenangi sesuatu hanya dalam 5 tahun, dan mulai bosan pada tahun-tahun berikutnya,” paparnya.
Oleh karena itu, menurutnya, bisnis kopi harus digencarkan ke sektor pariwisata agrobisnis. Pasalnya, potensi masyarakat ke depan untuk berwisata, sambil berinteraksi dengan alam akan lebih banyak diperlukan dibandingkan dengan pariwisata dalam kota seperti kunjungan ke mal-mal.
"Saat ini, masyarakat yang berwisata alam masih di bawah 10%, tetapi ke depan akan lebih banyak. Kopi sudah harus kita bawa dan kita siapkan ke agribisnis pariwisata juga," ujarnya.
Agribisnis pariwisata kopi yang dimaksud adalah pembukaan kebun kopi yang terintegrasi dengan objek serta akomodasi pariwisata. Tujuannya adalah masyarakat dapat belajar tentang kopi sambil menikmati keindahan alam secara bersamaan.