Bisnis.com, JAKARTA — Pembangunan pabrik dan lahan tebu yang terintegrasi dalam jangka waktu dekat akan bisa membantu memenuhi kebutuhan pasokan gula konsumsi.
Adapun produksi gula rafinasi dengan memanfaatkan pasokan tebu dalam negeri bisa dilakukan bertahap apabila sejumlah unsur seperti kualitas tebu sebagai bahan baku dan kemampuan mesin pabrik sudah memadai.
“Tidak perlu mengimpor itu pasti baik. Kami sangat senang kalau memang ada. Hanya memang banyak hal yang mesti jadi pertimbangan,” tutur Ketua Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Rachmat Hariotomo kepada Bisnis, Selasa (3/9/2019).
Menurutnya, untuk menjaga kualitas tebu, ada sejumlah hal yang harus dilakukan mulai dari teknik budi daya yang tepat, teknik pemanenan, penebangan, serta pengangkutan tebu, dan beberapa hal lainnya.
Selain itu, kecukupan bahan baku secara berkesinambungan dan kesesuaian harga menjadi hal yang tidak boleh diabaikan.
Adapun terkait target pemerintah untuk mencapai swasembada gula dengan memanfaatkan pasokan tebu dalam negeri pada 2029 nanti, menurutnya masih memerlukan kajian mendalam.
Baca Juga
Pasalnya, dengan kondisi saat ini, produksi gula dengan memanfaatkan pasokan gula dalam negeri baru mencapai 2,5 juta ton.
Menurut Rachmat, tingkat produksi tebu saat ini rata-rata mencapai 75 ton per hektare (ha) dengan perhitungan rendemen mencapai 8 persen-9 persen. Oleh karena itu pertambahan lahan tebu yang dibutuhkan untuk bisa memasok kebutuhan bahan baku gula konsumsi dan kebutuhan industri sangat luas.
Selain itu, swasembada juga harus memperhitungkan pertumbuhan kebutuhan gula baik untuk konsumsi maupun industri yang menurut pihaknya berpotensi melampaui 5,9 juta ton pada 2029.