Bisnis.com, JAKARTA — Asian Infrastructure Investment Bank, lembaga keuangan multilateral yang dipelopori China, menargetkan dapat menambah fasilitas pinjaman pembangunan proyek di Indonesia.
Luky Eko Wuryanto, Vice President Chief Administration Officer Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB), mengatakan bahwa saat ini jumlah pinjaman Indonesia ke AIIB mencapai US$950 juta dan diharapkan bisa bertambah seiring dengan peningkatan pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
"Kira-kira pinjaman Indonesia hampir US$950 juta. Indonesia sekarang kedua, peminjam terbesar di AIIB setelah India, tapi Indonesia banyak sekali punya potensi sebetulnya untuk bisa diajukan ke AIIB," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (30/8/2019).
Luky mengharapkan agar Indonesia dapat merealisasikan pembangunan infrastruktur sesuai dengan Nawacita Presiden Joko Widodo yang menitikberatkan pada pembangunan infrastruktur yang masif.
"Jadi, memang Indonesia dianggap sangat penting sekali karena masih bisa untuk meningkatkan pinjaman lagi dan memungkinkan kalau AIIB bisa lebih banyak membantu Indonesia," katanya.
Luky menambahkan bahwa dengan masuknya AIIB ke proyek-proyek yang ada juga diharapkan bisa membuat keterlibatan investor swasta lebih nyaman.
Baca Juga
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga dinilai harus melihat lagi proyek-proyek yang belum diajukan ke AIIB yang berpotensi untuk diberikan fasilitas pinjaman. Namun, pihaknya menghindari proyek bendungan karena terlalu sensitif karena bendungan disebut-sebut memiliki isu sensitif terhadap lingkungan atau relokasi penduduk sehingga dengan adanya penambahan proyek-proyek dari Indonesia, target pinjaman AIIB per tahunnya akan tercapai.
"Paling total pinjaman dari seluruh negara baru US$4 miliar—USS4,50 miliar per tahunlah. Ambisi kami ingin lebih banyak lagi bahkan US$8 miliar—US$10 miliar," tuturnya.