Bisnis.com, JAKARTA - PT PLN (Persero) perlu menekan susut jaringan yang saat ini masih sebesar 9,2 persen pada sistem kelistrikan Jawa-Bali dari di atas 10 persen pada pulau lain untuk mengurangi beban perseroan.
Direktur Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai besaran ideal susut jaringan di bawah 5 persen. PLN dinilai perlu melakukan investasi pada pembangunan jaringan tegangan menengah dan rendah.
"Memang 9 persen itu cukup besar dan yang berkontribusi besar adalah distribusi tegangan menengah dan tegangan rendah," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.
Menurutnya, PLN seharusnya menggenjot pembangunan transmisi selain pembangkit di Jawa bagian barat yang bertujuan untuk meningkatkan keandalan pasokan. PLN juga perlu menambah trafo di jaringan tegangan rendah untuk mengurangi tingkat pembebanan yang tinggi.
Pemanfaatan teknologi untuk mengamati kondisi jaringan seperti aplikasi smart grid juga bisa diterapkan sehingga PLN dapat memiliki gambaran yang utuh mengenai kondisi keandalan jaringan di setiap wilayah.
"Susut terbesar di jaringan distribusi, itu yang harus dibenahi," katanya.
Adapun pembangunan transmisi memang menjadi salah satu kebutuhan sistem kelistrikan Jawa-Bali seperti yang tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028.
Berdasarkan RUPTL tersebut, untuk dapat menyalurkan daya dari pembangkit ke pelanggan dibutuhkan tambahan jaringan transmisi sekitar 48.000 kilometer sirkuit (kms) dan tambahan gardu induk 114.000 megavolt ampere (MVA) di sistem kelistrikan Jawa-Bali.
Sementara itu, hingga kuartal I/2019 penambahan transmisi dan gardu induk yang terealisasi masing-masing sebesar 573 kms dan 1.125 MVA.
Selain itu, dalam kebijakan pengembangan transmisi dan gardu induk di sistem Jawa-Bali, PLN merencanakan pembangunan satu gardu induk dalam satu kabupaten atau kota. Sementara untuk akses wilayah yang terkendala, PLN merencanakan pasokan tenaga listrik dari jaringan 20 kV.