Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budiharjo Iduansjah menyebut para peritel segmen kesehatan dan kecantikan makin gencar berekspansi di pusat-pusat perbelanjaan.
“Sekarang hampir di semua mal ada [gerai ritel kesehatan dan kecantikan]. Setiap ada mal atau pusat perbelanjaan baru, mereka masuk,” katanya kepada Bisnis.com, Minggu (1/9/2019).
Budiharjo tidak memberikan perincian lebih lanjut berapa jumlah gerai ritel kesehatan dan kecantikan yang ada di seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia.
“Masih sangat kecil [jumlahnya], mungkin hanya sampai 2% dari total [gerai di seluruh mal]. Wajar, karena pemainnya masih sedikit, tetapi keberadaan mereka hampir pasti ada di setiap pusat perbelanjaan.”
Dia mencatat terdapat empat peritel segmen kesehatan dan kecantikan yang agresif berekspansi di pusat-pusat perbelanjaan.
Mereka a.l. PT Duta Intidaya Tbk. (DAYA) pengelola jaringan Watsons, PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) pengelola jaringan Guardian, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) pengelola jaringan Boston, dan PT Perintis Pelayanan Paripurna pengelola jaringan Century.
“Pemainnya masih itu-itu saja, tetapi yang terlihat [tumbuh] signifikan itu ya luas gerai mereka. Makin ke sini, makin luas. Dahulu mungkin tak lebih dari 100 meter persegi, tetapi saat ini bisa dua kali lipat jadi 200 meter persegi atau lebih. Produk yang dijual didominasi kosmetik atau produk perawatan,” papar Budiharjo.
Di sisi lain, Kementerian Perdagangan menyebut pertumbuhan industri ritel modern segmen kesehatan dan kecantikan masih belum memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan industri ritel secara kseseluruhan.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto mengatakan, kontribusi industri ritel segmen kesehatan dan kecantikan tak lebih dari 5% dari penjualan total industri ritel di Tanah Air.
“Akan tetapi, pada prinsipnya, industri ritel pada segmen tersebut mengalami pertumbuhan,” katanya, Minggu (1/9).
Kemendag memperkirakan, industri ritel segmen kesehatan dan kecantikan dapat tumbuh 7% hingga akhir ini. Angka tersebut mengikuti tren positif industri ritel secara keseluruhan yang tercermin dari pertumbuhan konsumsi barang kebutuhan sehari-hari atau fast moving consumer goods (FCMG) yang terdiri dari 58 kategori produk.
Berdasarkan data Kemendag, selama periode April 2018—April 2019 pertumbuhan industri ritel hanya mencapai angka 6,6%.
Adapun, pertumbuhan konsumsi FCMG di periode yang sama mencapai 1,8%.
Suhanto menjelaskan, ekspansi ritel segmen kesehatan dan kecantikan di sejumlah daerah di Tanah Air masih terus bertumbuh pesat.
Adapun, ekspansi tersebut sebagian besar dilakukan melalui skema waralaba baik dari dalam maupun luar negeri.
“Berdasarkan data kami saat ini, jumlah gerai Guardian sebanyak 281 gerai, Century sebanyak 280 gerai, dan Watsons sebanyak 106 toko, penyebarannya dengan pola waralaba,” ujar Suhanto.
Direktur PT Hero Supermarket Tbk. (HERO) Hadrianus Wahyu Trikusumo belum lama ini mengatakan kinerja Guardian yang masuk ke dalam lini bisnis ritel nonmakanan bersama IKEA cukup menggembirakan.
“Persentase pertumbuhan pendapatan keduanya mencapai dua digit,” ujarnya.
Hadrianus tidak memberikan perincian lebih lanjut mengenai persentase kontribusi dari Guardian terhadap pendapatan perusahaan.
Akan tetapi, mengutip laporan keuangan Hero Supermarket pada kuartal I/2019, Guardian bersama dengan IKEA berhasil mencatat pertumbuhan pendapatan sejumlah Rp715 miliar atau naik 21% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Pencapaian Guardian dan IKEA tersebut sedikit membantu keuangan perusahaan yang merugi sebesar Rp4 miliar akibat lesunya lini bisnis ritel makanan, termasuk pasar swalayan Hero dan Giant.
Pada kuartal I/2019, pendapatan keduanya tercatat turun 5% menjadi Rp2,34 miliar.
Terkait dengan ekspansi bisnis, hingga semester I/2019 HERO telah membuka 22 gerai Guardian baru di sejumlah wilayah di Indonesia.
HERO diketahui telah menyiapkan dana lebih dari Rp500 miliar untuk ekspansi bisnisnya hingga akhir tahun ini.