Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banggar Ubah Asumsi ICP & Lifting Minyak RAPBN 2020

ICP yang awalnya dipatok di angka US$65 per barel diturunkan menjadi US$63 per barel. Adapun lifting minyak ditingkatkan dari 734.000 barel per hari menjadi 755.000 barel per hari, sesuai dengan kesepakatan di Komisi VII DPR RI.

Bisnis.com, JAKARTA–Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengubah asumsi Indonesia Crude Price (ICP) dan lifting minyak dari asumsi yang telah ditentukan dalam Nota Keuangan RAPBN 2020.

ICP yang awalnya dipatok di angka US$65 per barel diturunkan menjadi US$63 per barel. Adapun lifting minyak ditingkatkan dari 734.000 barel per hari menjadi 755.000 barel per hari, sesuai dengan kesepakatan di Komisi VII DPR RI.

Dibandingkan dengan outlook 2019, harga ICP pada 2020 pada akhirnya dipatok sama dengan outlook ICP 2019 meski di Komisi VII sempat diturunkan di angka US$60 per barel.

Untuk lifting minyak pada 2020 juga diasumsikan meningkat dibandingkan dengan outlook 2019 meski dari tahun ke tahun cenderung menurun.

Pada 2017, lifting minyak mencapai 804.000 barel per hari dan terus turun menjadi tinggal 754.000 barel per hari pada 2019.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan pihaknya bakal mengupayakan untuk meningkatkan lifting minyak agar penurunan pendapatan akibat turunnya harga ICP bisa diminimalisir.

"ICP tidak bisa kita upayakan, lifting bisa diupayakan. ICP itu ditentukan pasar. Dengan meningkatkan lifting maka pendapatan minyak bisa ditingkatkan," ujar Djoko, Senin (2/9/2019).

Merujuk pada Nota Keuangan RAPBN 2020, setiap satu dolar perubahan asumsi ICP menimbulkan perubahan pendapatan sebesar Rp3,5 triliun hingga Rp4 triliun. Deviasi ICP juga dapat menimbulkan deviasi pada belanja dan defisit anggaran masing-masing sebesar Rp3,1 triliun hingga Rp3,8 triliun untuk belanja dan Rp300 miliar hingga Rp500 miliar untuk defisit anggaran.

Adapun perubahan lifting minyak setiap 10.000 barel per hari menimbulkan deviasi sebesar Rp2,5 triliun hingga Rp3,3 triliun pada pendapatan, Rp1,1 triliun hingga Rp1,3triliun pada belanja, dan Rp1,4 triliun hingga Rp1,9 triliun pada defisit anggaran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhamad Wildan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper