Bisnis.com, BATAM - Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) menargetkan lebih dari 50 ribu pelaku usaha ekonomi kreatif (ekraf) masuk dalam database platform Bekraf Information System in Mobile Application (BISMA) pada 2019 ini. Sampai saat ini tercatat ada lebih dari 48.593 pelaku ekraf di Indonesia yang sudah terdaftar di platform BISMA.
Direktur Riset dan Pengembangan Bekraf, Wawan Rusiawan, menjelaskan angka ini masih jauh lebih kecil dibandingkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 lalu yang mencacat terdapat 8,2 juta jumlah usaha ekraf yang tersebar di seluruh Indonesia.
Menghadirkan database seperti BISMA ini diakui Wawan memang menjadi tantangan berat, terlebih Bekraf adalah lembaga yang tergolong masih baru.
Meskipun demikian, pihaknya terus bergerak untuk menjangkau pelaku dan usaha ekraf untuk bisa menerima manfaat dari aplikasi yang menyediakan etalase untuk memperkenalkan produk-produk ekonomi kreatif Indonesia ini. Salah satunya melalui kegiatan BISMA Goes To Get Member (Bigger) 2019 di Aston Batam Hotel, Batam pada Kamis (29/8/2019). Batam merupakan kota ketujuh pelaksanaan BIGGER di tahun ini setelah Bogor, Malang, Palembang, Padang, Banyuwangi dan Mataram.
"Kita masih punya satu agenda lagi untuk pelaksanaan Bigger di 2019 ini, akan kita laksanakan di Labuhan Bajo," kata Rusiawan, Kamis (29/8/2019).
Tidak itu saja, untuk menjaring minat pelaku dan usaha ekraf masuk dan mendaftar di platform yang mampu memfasilitasi pelaku kreatif yang terdaftar menjadi prioritas utama untuk memperoleh dukungan dan bantuan investasi bagi pelaku ekonomi kreatif ini, Bekraf juga telah membuat sistem satu pintu untuk mendaftarkan masyarakat yang ingin ikut dalam seluruh kegiatan Bekraf.
"Ketika ingin mendaftar kegiatan di Bekraf, harus mendaftar lewat BISMA, artinya mereka akan terdaftar datanya di aplikasi. Sistemnya kita buat seperti itu untuk memenuhi target, 50 ribu itu tidak mudah, karena kita tidak hanya mengumpulkan tapi juga merawat," kata Rusiawan lagi.
Tidak hanya di BISMA saja, Bekraf juga mendapatkan tambahan data ekraf dari BPS. Dimana ada sekitar 400 ribu data usaha ekraf yang bersumber dari sensus ekonomi BPS di 2016. Data statis ini, kata Rusiawan akan diolah lagi agar sesuai dengan kebutuhan, utamanya unsur validitas dan kebaruan data tersebut.
Lebih jauh, Rusiawan juga menjelaskan kalau data yang saat ini dimiliki Bekraf dalam aplikasi BISMA ini sudah menjadi perhatian beberapa lembaga di Indonesia. Hal ini menjadi pertanda positif untuk Bekraf menghafirkan lebih banyak ekraf untuk tergabung dalam aplikasi yang dibangun untuk mendukung kepentingan pemerintah memperoleh data mikro ekonomi kreatif untuk menunjang perkembangan ekraf nasional ini.
Rusiawan menuturkan, banyak lagi manfaat yang bisa diambil pelaku dan usaha ekraf dalam BISMA ini. Diantaranya pelaku ekraf bisa mendapatkan informasi dan agenda terkini seputar kegiatan ekonomi kreatif yang difasilitasi oleh Bekraf; usaha pelaku ekraf akan terintegrasi dalam database Bekraf, sekaligus terhubung dengan jejaring investor usaha kreatif di Indonesia.
Di Kepulauan Riau (Kepri) sendiri baru ada sebanyak 311 pelaku usaha yang terdaftar dalam database BISMA dari 34.562 jumlah pelaku usaha ekraf. Melalui sejumlah agenda yang disiapkan dalam pelaksanaan kegiatan Bigger 2019 di Batam ini bisa menarik minat pelaku usaha untuk mendaftarkan usahanya lebih banyak lagi di BISMA.