Bisnis.com, JAKARTA— Serapan teh dalam negeri hingga akhir 2019 diperkirakan meningkat 2%-3% dari tahun lalu.
Ketua Umum Dewan Teh Indonesia, Suharyo Husen mengatakan, pada tahun lalu (2018) realisasi serapan teh dalam negeri mencapai 50% dari total produksi yaitu sebesar 140.000 ton.
Untuk tahun ini, katanya, serapan dalam negeri diperkirakan meningkat paling tidak 2%--3% sebagai dampak dari gencarnya promosi minum teh yang mengerek konsumsi dalam negeri.
Kendati serapan dalam negeri diperkirakan naik, produksi teh hingga akhir 2019 diprediksi sama dengan realisasi pada 2018.
Tidak ada perubahan dalam produksi teh dalam negeri ini dikarenakan luas lahan teh produktif tidak bertambah di mana hingga akhir 2018, luas lahan hanya mencapai 113.808 ha. Selain itu, produksi teh dipengaruhi oleh musim kemarau yang panjang.
“Target produksi teh 2019 sama dengan [realisasi] 2018 karena luas lahan produktif sama [luasnya] 113.808 Ha dan produktivitas perhektar lahan tidak ada perubahan yang berarti. Ditambah musim panas yang lebih panjang pada 2019 dibandingkan 2018 sehingga produksi pucuk the sedikit terganggu," jelas Suharyo, Minggu (25/8/2019).
Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi puncak musim kemarau berlangsung Agustus hingga September 2019.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan awal musim hujan diprediksi pada awal November 2019, sehingga kekeringan diperkirakan bakal meluas.
Kekeringan itu akan terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu Sumatera Utara, sebagian besar Riau, Jambi bagian tengah, sebagian besar Sumatera Selatan, sebagian kecil Lampung, sebagian besar Jawa, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian kecil Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara.