Bisnis.com, JAKARTA Puncak kemarau panjang yang berlangsung pada Agustus hingga September diyakini tidak akan mempengaruhi pasokan cabai karena sejumlah daerah memasuki masa panen.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengatakan daerah yang memasuki masa panen cabai seperti Jember dan Wongsorejo diyakini dapat menopang pasokan hingga akhir tahun.
"Jadi, sampai dengan akhir September diperkirakan pasokan semakin banyak. Ke depannya [hingga Desember, pasokan] cabai makin banyak," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (22/8/2019).
Sementara itu, daerah sentra produksi cabai seperti Magelang dan Kediri saat ini memang diterpa kekeringan. Namun hal tersebut dinilai tidak akan terlalu berpengaruh terhadap stok cabai secara keseluruhan.
Daerah-daerah tersebut diperkirakan memasuki masa tanam pada Oktober. "Oktober, November tanam. Januari akan banyak stoknya," tutur Abdul.
Melimpahnya cabai membuat harganya semakin turun. Kata Abdul, harga cabai merah besar di level petani kini hanya Rp19.000/kg dari kisaran Rp.40.000/kg.
Meskipun begitu, harga cabai keriting dan cabai rawit merah masih tinggi. "Saya kira cabai rawit akhir bulan akan turun lagi," ujar Abdul.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga cabai merah di pasar tradisional pada pekan ketiga Agustus menembus Rp96.350/kg di Kepulauan Riau. Sementara pada pekan ini, turun menjadi Rp90.100/kg.
Untuk cabai rawit pada pekan ketiga Agustus, harga tertinggi mencapai Rp95.950/kg di Kalimantan Utara. Pada pekan ini, turun menjadi Rp83.150/kg.