Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asumsi Makro RAPBN 2020 Berpotensi Terpapar Sentimen The Fed

Pemerintah memprediksi peluang pelonggaran kebijakan atau sentimen dovish dari The Fed akan mempengaruhi asumsi makro RAPBN 2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi keynote speaker dalam The 14th  Gaikindo International Automotive Conference di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/7). /BISNIS.COM-Felix Jody Kinarwan
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi keynote speaker dalam The 14th Gaikindo International Automotive Conference di ICE BSD, Tangerang, Banten, Rabu (24/7). /BISNIS.COM-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah memprediksi peluang pelonggaran kebijakan atau sentimen dovish dari The Fed akan mempengaruhi asumsi makro RAPBN 2020.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, kondisi yang terjadi pada 2018 memberi imbas pada 2019.

"Sekarang ini di seluruh dunia pertumbuhan ekonomi melemah. Bukan karena datang dengan sendirinya tapi memang karena ada pengaruh dari apa yang dilakukan 2018," kata Sri Mulyani di DPR RI, Selasa (20/8/2019).

Misalnya, kenaikan suku bunga pada 2018 telah berimbas pada capital outflow dan menimbulkan kecemasan pada ketidakpastian global. Kondisi sejenis yang dia nilai akan terjadi pada 2020 berkaca dari tahun ini.

Sri Mulyani menyebut beberapa hal yang paling diantisipasi dan diperhatikan adalah tentang respons atas kebijakan The Fed yang menurunkan suku bunga tahun ini. Dia mengaku belum ada kepastian The Fed akan menurunkan lagi suku bunga di tengah ancaman resesi ekonomi dunia termasuk di Amerika Serikat dan China.

"Kita tak tahu apakah mereka akan melakukan lagi ataukah itu keputusan sendiri pada saat penurunan kemarin, ini akan sangat menentukan pelemahan ekonomi dunia berlanjut atau membaik 2020," ujar Sri Mulyani.

Beberapa antisipasi lain, kata Sri Mulyani, adalah tensi perang dagang yang cenderung meningkat. Meski sulit untuk memprediksi, kenaikan tarif yang dilakukan serta berbagai indikator dan persyaratan yang belum disetujui China dan AS, akan memberi imbas pada ekonomi dunia.

Oleh sebab itu, antisipasi terdepan yang harus dilakukan adalah dengan memperkuat industri manufaktur. Sri Mulyani menyatakan, perang dagang menguat akan berpengaruh pada kegiatan industri manufaktur.

"Ini keliatan di PMI [Purchasing Managers Index] dari China yang mengalami perlemahan," ujarnya.

Sri Mulyani menambahkan bahwa pertumbuhan ekonomi China yang kini mengalami pelemahan mungkin merupakan respon kebijakan atas apa yang dilakukan pemerintah China dan kebijakan pemerintah AS.

"Apakah mereka akan mampu membalikkan situasi tension ini sehingga kemudian menimbulkan kepastian dan membalik menjadi optimisme, ini adalah ketidakpastian yang wajib kita waspadai dan kita lakukan di 2020," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper