Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perhubungan menyatakan rencana Pelabuhan Kuala Tanjung menjadi hub internasional akan terwujud setelah kawasan industri terbangun.
Direktur Kepelabuhanan Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan M. Tohir mengatakan bahwa selama daerah asal barang atau hinterland belum terbentuk, aktivitas internasional akan tetap dilayani Pelabuhan Belawan.
Menurutnya, hub internasional di Pelabuhan Kuala Tanjung akan terbentuk secara jangka panjang. Saat ini, tutur dia, proses pembebasan lahan untuk bakal kawasan industri Kuala Tanjung belum rampung.
"Nanti dibangun hub internasional itu kalau sudah terjadi kawasan industri di belakangnya. Itu belum dibangun fasilitasnya. Nanti dengan sendirinya [aktivitas bongkar muat kargo] internasional di Belawan akan evolusi, akhirnya di Kuala Tanjung," ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (19/8/2019).
Setelah mengoperasikan multipurpose terminal (pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung tahap I) yang melayani bongkar muat kargo curah cair, curah kering, dan peti kemas mulai awal 2019, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I akan mengembangkan kawasan industri di sekitar pelabuhan.
Sesuai Peraturan Presiden No 81/2018, pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan Kawasan Industri Kuala Tanjung akan dilakukan oleh Pelindo I bersama dengan PT Inalum (Persero).
Secara keseluruhan, lahan yang dibutuhkan untuk kawasan industri sekitar 3.000 hektare (ha) dengan kebutuhan investasi Rp11 triliun.
Kawasan itu akan melengkapi hinterland yang telah ada, yakni kawasan industri Sei Mangkei yang memprioritaskan industri berbasis minyak sawit.
Pelindo I sebelumnya menyatakan akan mengakuisisi lahan seluas 400 hektare tahun ini. Kemenhub sebelumnya menyebutkan Pelabuhan Kuala Tanjung di Kabupaten Batubara, Sumatra Utara, disiapkan sebagai hub internasional, sedangkan Pelabuhan Belawan akan fokus melayani domestik.
Dirjen Perhubungan Laut Agus H. Purnomo saat dihubungi, Minggu (18/8/2019), mengatakan pemindahan aktivitas internasional di Belawan ke Kuala Tanjung akan dilakukan secara bertahap.
"Pelindo [Pelindo I] akan lakukan bertahap supaya berjalan smooth," katanya tanpa bersedia menyebut tenggat waktu kepindahan.
Dalam sebuah diskusi, Iman Achmad Sulaiman saat masih menjabat sebagai Direktur Perencanaan dan Pengembangan Pelindo I menyebutkan, Pelabuhan Kuala Tanjung membutuhkan 10-15 tahun untuk benar-benar menjadi hub internasional yang melayani alih muatan (transshipment) kapal.
Perinciannya, multipurpose terminal yang merupakan fase I Pelabuhan Kuala Tanjung setidaknya memerlukan waktu 5 tahun untuk membentuk pasar kargo curah dan kontainer. Berikutnya, pengoperasian kawasan industri untuk meningkatkan arus barang.
Iman menyebutkan enam segmen industri potensial yang akan diprioritaskan dalam kawasan industri Kuala Tanjung, yakni petrokimia, logam, energi, semen, otomotif, serta makanan dan minuman.
Saat ini, menurut dia, Kuala Tanjung setidaknya telah memiliki satu dari tiga syarat pelabuhan hub. Letaknya yang strategis di sisi Selat Malaka, selat tersibuk di dunia, sudah merebut satu poin. "Tinggal infrastructure excellent [keunggulan infrastruktur] dan operational excellent [keunggulan operasional] yang harus diusahakan," tuturnya.
Mengutip Keputusan Menteri Perhubungan No KP 148/2016 tentang Rencana Induk Pelabuhan Kuala Tanjung, terminal kontainer akan menangkap permintaan sebanyak 400.000 TEUs pada 2019 dan meningkat menjadi 13 juta TEUs pada 2078.