Bisnis.com, JAKARTA — "Ini masih kurang, kami masih mau jual lagi!"
Secarik kalimat itu meluncur dengan mantap dari mulut Herwidiakto, Direktur Utama PT Waskita Toll Road. Walau singkat, ujaran itu mempunyai makna yang tak secetek kalimatnya.
Hari masih terang saat Herwi, sapaan akrab Herwidiakto bercerita tentang rencana perseroan melego konsesi saham jalan tol. Perbincangan terjadi di sela kunjungan Menteri BUMN Rini M. Soemarno ke proyek jalan tol Batang—Semarang, 11 Juli 2018.
Di bawah terik matahari, Herwi bertutur tentang pelepasan saham lewat reksa dana penyertaan terbatas (RDPT) yang dilakukan 3 bulan sebelumnya hanya sasaran antara. Saat itu, Waskita Toll Road melego 70 persen sahamnya di PT Waskita Transjawa Toll Road (WTTR) dan mendulang cuan (keuntungan) Rp1,30 triliun.
Waskita mempunyai opsi membeli kembali sebagian atau seluruh sahamnya di WTTR dalam jangka 5 tahun sejak terjalin permufakatan. Dengan kata lain, tidak terjadi jual putus antara kedua belah pihak.
"RDPT sasaran antara aja untuk divest. Sederhana, kalau kami enggak mau buyback, kami carikan pembeli," ujar Herwi.
Baca Juga
Berselang setahun, rencana divestasi terus bergulir. Bila tidak ada aral melintang, niat Waskita Toll Road untuk menjual sahamnya di perusahaan tol bakal terlaksana sebelum tutup tahun.
Herwi menyebutkan bahwa tahun ini pihaknya bakal melepas 40 persen saham perseroan di PT Jasamarga Solo Ngawi (JSN) dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono Kediri (JNK).
“Setiap tahun kami berencana melepas dua. Tahun ini JSN dan JNK, nanti [tahun berikutnya] belum tahu yang mana,” katanya di Hotel Borobudur, Jakarta, 11 Juli 2019.
Aksi melego saham yang dilakukan Waskita Toll Road memang menegaskan visi perusahaan sebagai pengembang jalan tol.
Direktur Utama PT Waskita Karya Tbk. periode 2008—2018, M. Choliq seringkali menyinggung posisi Waskita di industri jalan tol berbeda dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.
Menurut Choliq, Jasa Marga membangun jalan tol dan berupaya meraup pendapatan selama masa konsesi. Tentu, hal itu amat wajar karena Jasa Marga didirikan sebagai perusahaan jalan tol.
Adapun Waskita, terlahir sebagai perusahaan konstruksi pada 1961. "Kami membangun jalan tol, terus setelah selesai [jalan tol itu] kita jual, bahkan belum selesai pun sudah mulai kita jual," kata Choliq di Bursa Efek Indonesia, 24 April 2017.
Ekspansi Waskita di jalan tol memang sangat pesat. Dalam kurun waktu 2015—2018, Waskita Toll Road mengakuisisi sepuluh saham di badan usaha jalan tol yang memegang sepuluh konsesi.
Seperti yang dilansir dari Laporan Tahunan Waskita Karya 2018, biaya perolehan atau nilai akuisisi sedikitnya mencapai Rp5,62 triliun.
Dalam periode yang sama, Waskita Toll Road melakukan penyertaan minoritas pada delapan badan usaha jalan tol. Anak perusahaan Wakita Karya itu menggenggam porsi saham 15 persen—40 persen dengan total penyertaan hingga 2018 mencapai Rp3,41 triliun.
Berkat manuver itu, Waskita Toll Roadbak bayi ajaib karena hanya dalam 5 tahun sudah memiliki konsesi di 18 ruas jalan tol sepanjang 1.015 kilometer.
Dari panjang ruas tol tersebut, per Juni 2019, jalan tol sepanjang 529 kilometer atau separuh dari portofolio Waskita telah beroperasi.
Nilai konsesi milik Waskita pun terkerek. Nilai aset dalam bentuk konsesi pada tujuh ruas yang dikendalikan Waskita mencapai Rp47,32 triliun atau sepertiga dari total aset perseroan.