Bisnis.com, JAKARTA — PT Waskita Karya (Persero) Tbk. menargetkan proses divestasi saham di lima perusahaan jalan tol bakal rampung pada September 2019. Kendati tak menyebut banderol, perseroan menilai valuasi 1,5 hingga 2 kali harga buku terbilang wajar untuk ruas jalan tol yang sudah beroperasi.
Direktur Keuangan PT Waskita Karya Tbk. (WSKT) Haris Gunawan mengatakan bahwa perseroan tengah dalam proses uji tuntas dengan dua calon investor yang berniat mengambil alih saham PT Waskita Toll Road (WTR) di lima perusahaan jalan tol. Untuk diketahui, WTR merupakan lini usaha WSKT di bidang jalan tol. WTR memiliki saham di 18 ruas jalan tol dengan porsi bervariasi.
"Target kami sih September ya. Investornya ada dua dan sekarang sedang dalam proses," ujarnya, Senin (5/8/2019).
Menurut Haris, satu investor berminat untuk mengambil alih 40 persen saham WTR di PT Jasamarga Solo Ngawi dan PT Jasamarga Ngawi Kertosono. Kedua perusahaan ini merupakan pengelola jalan tol Solo—Ngawi dan Ngawi—Kertosono.
Sementara itu, tiga ruas lain tengah diincar oleh PT Bandha Investasi, perusahaan patungan yang didirikan oleh delapan badan usaha milik negara.
Bandha Investasi menggandeng perusahaan keuangan asal Australia, Macquarie untuk menghimpun dana US$600 juta sebagai modal akuisisi.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, kongsi Bandha dengan Macquarie bakal membidik saham tiga perusahaan tol, yaitu PT Semesta Marga Raya, PT Pejagan Pemalang Toll Road, dan PT Transjawa Paspro Jalan Tol.
Mayoritas saham ketiga perusahaan ini dimiliki PT Waskita Transjawa Toll Road (WTTR). Waskita Karya melalui WTR memiliki 29,90 persen saham WTTR.
Direktur Human Capital Management WSKT Hadjar Seti Aji menambahkan bahwa rencana divestasi merupakan strategi perseroan dalam mengelola portofolio jalan tol.
Dia menyebutkan bahwa perseroan Waskita Karya tidak berniat menjadi operator jalan tol dengan memegang konsesi hingga akhir periode.
Kendati demikian, WSKT juga tak berniat melego seluruh kepemilikan sahamnya di perusahaan tol.
Sejumlah konsesi bakal tetap dipegang sebagai sumber pendapatan berkelanjutan.
"Pola bisnis kami adalah investasi [jalan tol], setelah jadi kami divestasi untuk investasi lagi [di proyek lain]. Jadi posisi kami menjadi developer infrastruktur," kata Hadjar.