Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian global akibat dinamika pasar minyak nabati dunia terus menghantui kinerja ekspor minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya.
Menurut data terbaru Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) yang dilansir Selasa (6/8/2019), kinerja ekspor CPO dan produk turunannya pada semester I/2019 masih melembam akibat dinamika di pasar ekspor utama seperti India, Uni Eropa, China, dan Amerika Serikat.
Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyebut, ekspor CPO dan produk turunannya (biodiesel dan oleochemical) hanya tumbuh 10% secara tahunan menjadi 16,84 juta ton.
“Kenaikan volume ekspor ini seharusnya masih bisa digenjot lebih tinggi lagi, akan tetapi karena beberapa hambatan perdagangan membuat kinerja ekspor tidak maksimal,” paparnya, Selasa (6/8/2019).
Sementara itu, volume ekspor khusus CPO dan turunannya saja (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) pada semester I/2019 hanya mampu terkerek 7,6% secara tahunan menjadi 15,24 juta ton.
Mukti menjelaskan, secara umum, volume ekspor Indonesia khusus CPO dan turunannya pada paruh pertama tahun ini mengalami penurunan hampir di semua negara tujuan utama ekspor, kecuali China.
Ekspor CPO dan produk turunannya (kecuali biodiesel dan oleochemical) ke China pada semester I/2019 naik 39% menjadi 2,54 juta ton secara tahunan.
“Meningkatnya permintaan dari China merupakan salah satu dampak dari perang dagangnya dengan AS, yang menyebabkan Negeri Panda mengurangi pembelian kedelai secara signifikan dan menggantikan kebutuhan mereka dengan minyak sawit,” jelasnya.
Adapun, ekspor ke Uni Eropa pada periode yang sama hanya tumbuh 0,7% menjadi 2,41 juta ton. Sementara itu, ekspor ke India justru turun 17% menjadi 2,10 juta ton pada rentang yang sama. Penurunan juga diikuti oleh ekspor ke Amerika Serikat (-12%), Pakistan (-10%) dan Bangladesh (-19%).