Bisnis.com, JAKARTA – Industri alat berat mendapatkan berkah dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Tambahan tarif yang dikenakan AS terhadap produk China membuat permintaan ke produsen Indonesia meningkat.
Jamaludin, Ketua Umum Himpunan Alat Berat Indonesia (Hinabi), mengatakan, saat sektor lain menghadapi tantangan persaingan dengan produk China yang masuk ke pasar domestik, produsen alat berat justru mendapatkan orderan untuk dikirim ke AS.
"Kami dapat impact bagusnya, pasar Amerika mengambil komponen alat berat dari Indonesia. Tadinya dari China, tetapi karena ada pajak, AS ambil ke kami," ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.
Dia menuturkan produsen dalam negeri tidak hanya merakit komponen impor menjadi produk alat berat, melainkan juga memproduksi komponennya. Komatsu, misalnya, adalah salah satu produsen alat berat yang juga membuat komponen.
Menurutnya, persaingan dengan barang impor di pasar domestik tidak terlalu mengganggu. Pasalnya permintaan dalam negeri sendiri belum bergairah seiring dengan harga batu bara yang rendah dan aktivitas sektor pertambahan yang belum pulih.
Sepanjang semester I/2019, produksi alat berat tercatat sebanyak 3.240 unit atau tidak mencapai separuh dari produksi 2017 yang sebanyak 7.981 unit. Pada tahun ini, diproyeksikan hanya sekitar 7.000 unit.
Dia permintaan bisa membaik pada paruh kedua seiring dengan selesainya pesta demokrasi. "Semester dua nanti semoga membaik, presiden kan sudah terpilih dan tim ekonomi segera terbentuk. Selain dipengaruhi harga komoditas, kemarin orang mau investasi kan menunggu pilpres," katanya.