Kolaps Perum PPD Akibat Mismanagement
Lantas, upaya penyelamatan seperti apa yang dijalankan saat itu?
Saya terus mencoba melakukan pembenahan di dalamnya. Saya juga konsultasi dengan Kementerian Perhubungan, dan mengatakan bahwa potensi Perum PPD untuk berkembang masih besar. Yang terpenting adalah bagaimana mekanisme pengaturan di dalamnya.
Terjadinya kolaps di Perum PPD ini akibat mismanagement. Semestinya, Perum PPD masih bisa diperbaiki bersama-sama. Saya menyatakan sepanjang Kementerian Perhubungan memberikan dukungan, kami siap melakukan perbaikan. Akhirnya, kami mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan sambil kami melakukan pembenahan di dalamnya.
Pembenahan seperti apa yang dimaksud?
Ada beberapa hal yang dilakukan. Pertama, yang membawa hancurnya Perum PPD adalah pola kerja yang tidak beres. SDM dengan pendidikan tinggi yang saat itu bekerja di Perum PPD juga jumlahnya masih sangat rendah. Kami coba perbaiki kualitas SDM, dan manajemen perusahaan. Dengan perkembangan yang ada, pada 2013 kinerja PPD mulai positif.
Meski belum terlalu besar, saat itu PPD keuntungannya Rp156 juta. Namun, kami terus bergerak, dan didukung dengan bantuan bus dari Kemenhub. Akhirnya, kami bisa mencatatkan laba sekitar Rp18 miliar pada tahun lalu. Saat ini, kami sudah memiliki armada 703 bus. Dalam waktu dekat kami juga akan mendatangkan 59 armada bus gandeng.
Kedua, kami juga melakukan inovasi dengan pengembangan-pengembangan trayek baru berbasis TOD . Di mana ada proyek pengembangan perumahan yang cakupan luasnya hampir ribuan atau ratusan hektare, pasti PPD hadir di sana.
Dengan berbagai langkah yang dilakukan ini, citra PPD yang tadinya dipandang negatif, bisa menjadi lebih bagus. Beberapa pengembang pun akhirnya mulai mengundang kami untuk melakukan kerja sama.
Basis-basis ini kami gunakan untuk mengembangkan trayek-trayek yang berbasis Transjabodetabek. Oleh sebab itu, kami memiliki trayek Transjabodetabek Premium atau Residence. Kami terus jaga kenyamanan, ketepatan waktu, dan jangkauan tarifnya.