Bisnis.com, JAKARTAPemerintah lewat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Pertanian tengah mendorong percepatan penambahan luas lahan karet yang menjadi target peremajaan (replanting).
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengharapkan sebuah mekanisme baru yang mendukung percepatan ini bisa diimplementasikan tahun depan.
"Kami sedang menyiapkan bagaimana caranya bisa replanting lebih luas lagi, [termasuk] sistem pembiayaan dan lainnya. Semoga tahun depan sudah bisa mengimplementasikan dan mempercepat replanting," katanya, baru-baru ini.
Menko Perekonomian Darmin Nasution sebelumnya sempat mengemukakan rencana perluasan peremajaan tanaman karet dari 5.000 hektare (ha) menjadi 50.000 ha setiap tahunnya. Namun, rencana ini masih terganjal pendanaan lantaran alokasi APBN yang baru mencakup biaya peremajaan untuk lahan seluas 6.000 ha.
"Mekanisme replanting memang sampai saat ini sedang kita siapkan untuk percepatan karena keterbatasan APBN yang hanya mencakup pembiayaan replanting untuk lahan seluas kira-kira 5.000 hektare," terang Musdhalifah.
Data Direktorat Jenderal Perkebunan menyebutkan anggaran untuk peremajaan karet pada 2019 ditetapkan senilai Rp37,29 miliar dan dialokasikan untuk lahan seluas 5.210 ha. Anggaran tersebut ditambah pula dengan alokasi senilai Rp8,19 miliar untuk perluasan lahan sebesar 800 ha. Target peremajaan ini meningkat dibandingkan tahun lalu yang baru mencakup lahan seluas 2.090 ha ditambah instensifikasi 3.170 ha.
Baca Juga
Senada dengan Musdhalifah, Direktur Jenderal Perkebunan Kasdi Subagyono mengatakan mekanisme pendanaan khusus untuk karet nantinya diharapkan dapat mengikuti pengelolaan kelapa sawit lewat Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS). Adapun untuk besaran lahan yang berpotensi menjadi target peremajaan, kata Kasdi, mencapai 700.000 ha atau sekitar 18,9 persen dari luas total kebun karet pada 2018 sebesar 3,67 juta ha.
Pembahasan percepatan peremajaan karet sendiri terus bergulir di tengah pukulan yang terus menerpa salah satu komoditas perkebunan unggulan tersebut. Selain harga global yang belum ramah terhadap produsen, serangan penyakit gugur daun karet yang dilaporkan telah menyerang setidaknya 381.900 ha lahan karet di enam provinsi pun diperkirakan bakal mengoreksi produksi nasional sampai 15 persen dibanding tahun lalu yang mencapai 3,76 juta ton.